Senin, 13 Desember 2010

Shiok! Singaporean Street Food, Pondok Indah Mal 1 Lt. 2, Jakarta Selatan

Icip-Icip Makanan Kaki Lima ala Singapura di Indonesia


Hello people, i'm back! *we're back actually;D* Setelah hampir dua bulan absen dari dunia 'persilatan' karena kesibukan yang mendera *halaaaah... alasan kuno!! hehehehe* ternyata duo kriwil kangen ngoceh di blog lagi! Well, sebenarnya kalau boleh jujur masih ada beberapa kisah perjalanan kuliner Bakpao-Buncit yang belum sempat di-share di sini. Nah, mulai hari ini Bakpao-Buncit bertekad untuk mengutak-atik memori otak dan memori komputer untuk menuliskan semua yang tersisa. Lagipula sayang kan kalau dipendam, nanti bulukan dan hilang di telan waktu, Hihihihi...

Resensi yang satu ini rada jadul, kejadiannya di bulan Ramadhan, sekitar Agustus lalu. Ceritanya teman-teman gank-nya Bakpao di SMA dan kuliah berencana ngadain buka puasa bersama yang rutin digelar tiap tahun. Si Bakpao sempat kesal karena kesulitan meng-arrange waktu untuk memenuhi janji buber dengan kedua kubu itu. Karena si Bakpao anti ribet, muncullah ide untuk menyatukan buka bersama antara gank SMA dan kuliah tersebut dalam waktu yang sama. Untung Bakpao jutek, jadi teman-temannya setuju deh! Hehehehe...

Demi keadilan bersama, melihat jarak dan letak tempat tinggal, akhirnya dipilihlah PIM sebagai tempat pertemuan sore itu. Tadinya sih tempat yang dipilih Bakpao dkk bukan di Shiok! Singaporean Street Food, tapi berhubung resto sasaran awal nggak bisa di-reserve, alhasil jumlah bangku yang tersedia tidak mencukupi. Untungnya, dua orang sahabat Bakpao berhasil mengambil alih meja di Shiok! untuk 13 orang (Bakpao, Buncit, Vey, Pipit dan pacar, Adelin dan pacar, Rahma dan suami, Eno, Chia, Danti, Ade) sebelum waktu berbuka datang.

Ohya, meskipun sudah sering melihat dan melewati resto ini saat berada di PIM, tapi hari itu pertama kalinya loh Bakpao-Buncit makan di Shiok! Tempatnya yang mungil mengakibatkan meja yang disediakan pun nggak terlalu banyak. Mungkin hanya cukup menampung 30-40 orang (perkiraan Bakpao). Sebenarnya yang membuat nyaman adalah nuansa teras yang Bakpao tangkap saat berada di Shiok! (meski nyatanya kami sedang berada di dalam mal;p). Saat Bakpao-Buncit tiba, nggak lama kemudian adzan Maghrib berkumandang. Sekilas melihat menu, makanan yang ditawarkan bernuansa oriental. Sempat pesimis akan rasanya, tapi seperti biasa, Bakpao-Buncit nggak mau berspekulasi sebelum mencicipi;)

Setelah scene cupika-cupiki, peluk-peluk kangen dan basa-basi usai, didorong rasa lapar yang teramat-sangat, Bakpao dan sahabat-sahabat segera memesan makanan utama (Bakpao melewatkan appetizer karena yang tersedia mengandung daging-dagingan semua). Kwetiau lada hitam dan teh manis hangat menjadi pilihan Bakpao, sementara itu si Buncit memesan Nasi Goreng Bebek dan teh manis hangat. Duan jenis makanan itu juga ikut dipesan oleh beberapa sahabat Bakpao. Sedangkan menu lainnya yang dipesan adalah Nasi Ayam Kuah dan fried lumpia isi sayur plus udang cincang.

Pada suapan pertama Bakpao sudah dapat menyimpulkan rasanya, Kwetiau Lada Hitamnya tergolong gurih, tapi untuk Bakpao rasa lada hitamnya kelewat dominan, pedas menyengat di hidung dan tenggorokan. Overall rasanya so so, nggak ada yang spesial! Menurut si Buncit, rasa nasi goreng bebeknya juga biasa saja. Potongan daging bebeknya sedikit, karena itu saat tergigit dan dikunyah bersama nasi goreng si bebek nggak berhasil menunjukkan jati diri kebebekannya deh! Hehehehe... Sahabat-sahabat Bakpao pun sependapat mengenai rasa makanan yang mereka pesan.

Untuk range makanan dibandrol kurang lebih Rp. 25.000 hingga Rp. 45.000, sedangkan minumannya mulai dari Rp. 10.000 sampai Rp. 20.000. Meskipun rasa sajiannya tak sesuai harapan, tapi suasana pertemuan dengan sahabat lama memang selalu menyenangkan. Prinsip Bakpao-Buncit adalah yang terpenting bukan dimana kita menghabiskan waktu, tapi dengan siapa waktu tersebut kita habiskan. Miss u all girls!!! See you soon, hopefully!!!

Bakpao Recommendation


Kamis, 23 September 2010

Nasi Bakar Tanjung Barat, Jl. Raya Tanjung Barat, Jakarta Selatan

Harum...Legit...Gurih Saat Dikunyah!

Bagi yang belum pernah mencoba mungkin bertanya-tanya, seperti apa ya rasa dan wujud nasi bakar itu? Sebagai makanan pokok, nasi memang memiliki banyak variasi olahnnya. Yang familiar antara lain nasi goreng, nasi kuning, nasi uduk, atau nasi timbel *hadeeeeh...karbohidrat yang satu ini memang enak nian, tapi sayangnya bikin badan cepet melaaar!!*.

Pengalaman Bakpao-Buncit melipir ke warung makan yang satu ini terjadi bukan secara kebetulan, melainkan sudah terencana. Sebagai pasangan yang biasa melewati jalan raya Tanjung Barat sebelah JORR TB. Simatupang, jujur saja kami merasa 'terusik', jiwa penikmat kuliner duo kriwil tak dapat menolak godaan untuk mampir ke sana. Bagaimana tidak, warung ini supeeeerrr rame!

Konon awalnya, Pendi sang pemilik warung hanya menjual nasi timbel biasa, namun beberapa saat kemudian ia berpikir untuk mencari hal baru yang unik dan tak biasa sebagai produk jualannya. Karena itulah, Pendi memutuskan untuk mengkreasikan nasi timbel tersebut dengan cara dibakar terlebih dahulu.

Pengolahan nasi bakar sebenarnya tidak terlalu rumit. Nasi yang telah dicampur bumbu olahan dibungkus daun pisang. Setelah itu dibakar sekitar lima menit di tungku besar hingga daun pisang mengering. Hasilnya di luar dugaan, produk hasil coba-coba itu ternyata memiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Bahkan banyak pelanggan yang mengaku bahwa rasa dan aroma nasi bakar ciptaan Pendi cocok di lidah, dan beda dari kreasi nasi pada umumnya.

Kesempatan icip-icip Bakpao-Buncit ke warung ini tepatnya datang saat buka puasa di awal Ramadhan. Setelah minum dan ngemil yang ringan-ringan di rumah Bakpao, barulah duo kriwil menyambangi warung nasi bakar ini untuk makan besar. Warung tenda ini buka mulai pukul 17.00 hingga dini hari, tapi biasanya sih menjelang pukul 19:00 pembeli sedang banyak-banyaknya, sehingga kerap kali menarik perhatian para pengguna jalan di sekitarnya.

Uniknya lagi, seluruh bahan makanan yang tersedia di sini hanya dapat dimasak dengan empat macam cara, yakni digoreng, dibakar, sambal merah dan sambal ijo. Tapi sayang, saat itu Bakpao-Buncit baru sampai warung mendekati pukul 21:00, jadi makanan yang tersedia sudah nggak terlalu lengkap!

Buktinya, si Buncit yang kepengin melahap bebek pun harus menahan rasa kecewa, karena bebeknya sudah ludes, hiks...hiks. Begitu pula dengan teman akrab si bebek, ayam, juga sudah habis! Akhirnya setelah 'bertapa' dan cemberut beberapa menit, si Buncit memutuskan untuk memesan Ikan Bawal Empang Goreng. Kali ini Bakpao sedikit lebih beruntung. Pasalnya sayur asem, tempe dan tahu yang biasa dipesan kalau duo kriwil mengunjungi warung bergenre kuliner Sunda masih lengkap tersedia. Hanya saja tempe dan tahu yang Bakpao pesan terpaksa cuma 'bermandikan' sambal merah karena sambal ijonya kadung habis! Tapi ada sisi baiknya juga sih, karena warung mulai sepi, malam itu duo kriwil bisa makan dengan tenang tanpa takut dipelototi pengunjung lainnya yang tengah mengantri kursi, he...he...he.

Satu hal yang paling Bakpao ingat dari wisata kuliner yang satu ini adalah aroma harum yang tercium saat daun pembungkus nasi bakar dibuka. Nasi yang bentuknya serupa dengan lontong atau lemper ini bagian luarnya garing, efek dari bakaran. Terasa kaku saat disuapkan ke mulut, lalu ketika Bakpao mengunyah perlahan-lahan, rasanya lebih gurih, lebih legit, lebih wangi dan lebih enak daripada nasi biasa.

Warna nasinya pun tak lagi putih, melainkan agak kecoklatan akibat proses pembakaran dan percampuran bumbu-bumbu, cantik banget! Kekecewaan Bakpao karena sambal ijo yang sudah ludes terbayar dengan kehadiran sambal merah yang ternyata ciamik rasanya. Sambal yang terlebih dulu ditumis dengan minyak sayur ini rasanya pedas-gurih, mantabh! Sayur asemnya sih so so, karena menurut lidah Bakpao rasanya kurang asam, huuuft!!:(

Si Buncit juga terpuaskan dengan rasa ikan bawal empang goreng pesanannya. Meskipun rasanya tak segurih ikan bawal air laut tapi hal itu berhasil disiasati dengan tambahan kremes-kremes gurih nan renyah yang ditaburkan di atas ikan. Pssst...tapi si Buncit nggak begitu suka dengan rasa nasi bakarnya loh! Menurut Buncit rasa nasi bakar itu agak aneh, hmmm...hal itu mungkin disebabkan karena aroma rempah-rempah yang memang agak menyengat dan mendominasi ya.

Untuk urusan harga, kalian nggak perlu merogoh kantong dalam-dalam, karena terhitung cukup murah. Nasi bakar dibandrol Rp 5.000 per porsi, sedangkan untuk ikan harganya beragam, tergantung besar kecil dan jenis ikan. Berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 27.000. Anda bisa memilih dari ikan baronang, bawal, gurame, kwe-kwe, patin, mujair, mas, hingga kerapu. Bagi yang tak suka ikan bisa memilih ayam atau bebek yag dibandrol Rp 15.000 – Rp. 17.000 saja. Berhubung ini pertama kalinya Bakpao-Buncit melahap nasi bakar, maka belum bisa membandingkan dengan yang lainnya. Berhubung Bakpao doyan dengan nasi bakar ini, jadi nggak kapok rasanya untuk balik lagi ke sana. Kalau si Buncit kelihatannya kapok tuh! Bagaimana dengan kalian???

Bakpao Recommendation

Selasa, 21 September 2010

Sate Kiloan PSK, Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan

Lezatnya Menikmati Kambing Muda!

Beberapa waktu sebelumnya, duo Bakpao-Buncit pernah melintasi jalan Lenteng Agung saat akan menuju Depok. Pandangan si Buncit langsung terpaku ke sebuah poster berukuran besar tepat di sisi kiri jalan. “Waaah, ada Sate Kiloan PSK yang kayak di tipi nih,” gumam si Buncit di dalam helm yang masih dikenakannya. Pikiran si Buncit lantas terbang menembus dunia imajinasi. Membayangkan sedang terbaring di atas ribuan tusuk sate kambing muda yang katanya lezat itu.

Betapa nikmatnya mengunyah daging kambing muda yang empuk sambil bersantai menikmati hidup. “Hei, Buncitku ada sate PSK di sini,” ujar si Bakpao setengah berteriak. Teriakan si Bakpao langsung mengembalikan Buncit ke dunia nyata. Ternyata, si Buncit tersadar dari lamunan sesaatnya. Untung saja, pikiran si Buncit masih tetap berkonsentrasi mengendarai si Ari dan melanjutkan perjalanan ke Depok.

Setelah memantapkan niat dan semangat secukupnya, duo Bakpao-Buncit pun memutuskan untuk menyambangi Sate Kiloan PSK beberapa hari kemudian. Ya, keingintahuan yang besar terhadap rasa sate ini sudah menjadi bekal yang cukup bagi Bakpao-Buncit, terutama si Buncit sebagai penggemar sate kambing.

Setelah sebelumnya memperbaiki si Ari yang sering mogok, Bakpao-Buncit pun mengarungi jalan menuju Sate Kiloan PSK, yang kebetulan letaknya tidak terlalu jauh. Sebenarnya sih, Buncit sudah lama sekali memendam rasa penasaran terhadap Sate Kiloan PSK. Namun, apa daya?! Sate Kiloan PSK, kala itu masih membuka gerai di Sentul dan beberapa tempat yang jauh dari jangkauan si Ari.

Nah, mumpung sekarang ada gerai cabang Sate Kiloan PSK yang dekat, langsung saja hantam, gan... (ternyata si Afgan nggak mau diajak..hihihi). Sesampainya di depan warung yang cukup luas itu, asap pembakaran sate langsung menyambut duo Bakpao-Buncit. Bagaikan duo jagoan yang muncul dari balik asap, Bakpao-Buncit berjalan dengan langkah pasti dari tempat parkir si Ari. Duo jagoan ini bukan disambut oleh para fans, tapi disambut dengan daging-daging kambing yang digantung di dalam etalase warung. Pemilik Sate Kiloan PSK sepertinya sengaja memperlihatkan daging-daging kambing mentah berkaki. Sang koki langsung mengiris daging yang digantung dan memotongnya untuk dijadikan sate. Setiap pengunjung bisa melihat proses pembuatannya dari balik kaca.

Wah, ternyata malam itu ramai sekali pengunjungnya. Untungnya, ada meja kosong yang siap dijadikan target Bakpao-Buncit. Jantung si Buncit langsung berdebar kencang saat akan memesan sate. Daftar menu lantas diberikan oleh sang pelayan. Bagaikan petir di siang bolong, harga sate di sini ternyata mahal, gan... (udah tau Afgan nggak doyan, ya nggak usah dikasihtau).

Dengan rasa penasaran yang teramat besar, Bakpao-Buncit pun menanyakan kepada sang pelayan. Nah, harga sate kambing ¼ (seperempat) kilo atau setara dengan 12 tusuk dihargai Rp 42 ribu. Dibandingkan dengan Sate Toni Cirebon dan warung sate lainnya, tentu saja harga ini termasuk mahal. Tapi, tak apalah. Sebagai petualang kuliner sejati, tak ada kata menyerah untuk mencicipi berbagai jenis makanan.

Berhubung si Bakpao tidak makan daging aka vegetarian, maka ia hanya akan memakan kuah tongseng kambing beserta sedikit sayurannya saja. Daging kambing tetap buat si Buncit dong. Nah, keadaan itulah yang membuat si Buncit hanya memesan 5 tusuk sate kambing saja (ini bukan pengiritan ya,,,ingat!! Ini karena alasan kesehatan).

Akhirnya Bakpao-Buncit memesan nasi, satu porsi tongseng kambing, dan 5 tusuk sate kambing. Ditambah dengan 2 gelas es teh manis. Dua porsi nasi yang tadi dipesan ternyata ditempatkan di dalam satu bakul nasi berukuran kecil, ya cukup menarik lah kalau dari segi penampilan. Potongan daging di tiap tusukan satenya cukup besar, loh. Apalagi, di dalam mangkok tongseng kambingnya. Potongan daging kambingnya banyak dan besar-besar. Wah, sangat menggugah selera perut si Buncit.

Sayangnya bagi si Bakpao, sayuran berupa kol di dalam tongsengnya sangat sedikit. Alhasil, si Bakpao cuma makan nasi bercampur kuah tongseng.. hahahaha si Buncit pun tertawa senang. Saat daging sate kambing masuk ke dalam mulut, dagingnya memang terasa empuk. Hampir tak ada bau kambing sama sekali. Benar-benar mantabh!!

Daging kambing pada sate kambing, benar-benar murni daging. Tidak bercampur dengan lemak. Ya, pantas saja harga yang harus dibayar cukup mahal.

Kuah tongseng juga cukup lezat dengan banyaknya potongan daging kambing di dalamnya. Rasa penasaran si Buncit terpuaskan dengan sajian dari Sate Kiloan PSK. Terbukti, nasi dan seluruh hidangan ludes dilahap Bakpao-Buncit. Perut si Buncit pun nampak semakin membuncit setelah menghabiskan hidangan yang disajikan.

Dengan menu yang dipesan itu, Bakpao-Buncit merogoh kocek tak lebih dari Rp 70 ribu. Pantas saja, pengunjung warung ini tak pernah sepi. Tempatnya juga cukup luas dan nyaman. Lahan parkir sengaja disediakan luas untuk menampung beberapa kendaraan mobil dan motor. Letak warung ini tepat di sisi kiri jalan sebelum pertigaan menjelang pintu masuk Universitas Indonesia, Depok. Tidak cukup sulit menemukan warung ini.

Duo Bakpao-Buncit tak segan-segan untuk merekomendasikan kuliner yg satu ini. Si Buncit pun nggak kapok kembali ke Sate Kiloan PSK, bila nanti selera untuk melahap sate kambing muncul tiba-tiba.

Buncit Recommendation...

Jumat, 06 Agustus 2010

Festival Jajanan Bango 2010, Plaza Selatan Gelora Bung Karno, Senayan

One Stop Culinary untuk Foodpacker Jakarta!!! d(^.^)b

Dalam kurun waktu 2008 sampai 2010 duo kriwil memadu kasih, ini adalah kali pertama kami melipir ke Festival Jajanan Bango (FJB). Digadang-gadang sebagai festival makanan terbesar di Jakarta, tak lantas membangkitkan naluri foodpacker Bakpao-Buncit untuk berkuliner di sana. Ada aja halangan untuk ke sana, baru tahun ini jadwal bisa match;) Selain itu, motivasi untuk datang juga terjadi karena seminggu sebelumnya Bakpao berkesempatan mewawancarai Senior Brand Manger Kecap Bango, Memoria Dwi Prasita, untuk diangkat profilnya pada salah satu media cetak khusus ibu dan anak.

Anyway...perjalanan Bakpao-Buncit menuju TKP 3 Juli 2010 silam amat sangat nggak mudah, berhubung di Gelora Bung Karno (GBK) saat itu tengah diselenggarakan beberapa acara lainnya. Sebut saja Pesta Buku Jakarta 2010, Circus International Festival, Jakarta Clothing Expo 2010, bisa bayangin nggak gimana pueeeenuuuuuuuuuhnya area GBK waktu itu? Cari parkir pun susaaaaah banget, untung aja Bakpao-Buncit naik si Ari motor kesayangan, jadi nggak kejebak antrian terlalu lama *Alhamdulillah*.

Ohya, sebelum menjajal ragam kuliner di FJB, duo kriwil (yang sekarang punya julukan baru Mochi *Buncit* dan Kue Bantal *Bakpao*) menyempatkan diri mampir ke Pesta Buku Jakarta. Nah...baru deh setelah puas ngubek-ngubek gerai demi gerai demi mendapat buku impor dengan harga lokal (Bakpao dapet buku Hannibal Rising dari author-nya The Silence of The Lambs-Thomas Harris versi inggris dengan harga Rp. 30.000 saja!!!), Bakpao-Buncit bergegas menuju lokasi FJB.

Kabarnya di 2010 ini FJB memasuki tahun ke 6 penyelenggaraannya loh, dua jempol euy! Hebatnya lagi, meski hari kian sore dan mendung, namun hal itu tak menyurutkan keinginan manusia-manusia Jakarta dan sekitarnya untuk 'menelanjangi' seluk-beluk FJB! Di sisi tengah lokasi, terlihat papan dengan tempelan–tempelan piring bertuliskan 5 jajanan terfavorit pilihan ibu dan keluarga Jakarta, yaitu: sate ayam, nasi goreng, bakso, ikan bakar dan ayam bakar. Kelimanya hadir di FJB bersama dengan lebih dari 100 jajanan pilihan lainnya.

Didorong rasa capek dan lapar, tanpa basa-basi Buncit segera menggandeng Bakpao untuk menelusuri satu per satu booth jajanan yang bertebaran di sana. Banyaknya pilihan kuliner yang dihadirkan benar-benar memanjakan lidah ribuan pengunjung. FJB 2010 juga menghadirkan 7 duta Bango yang telah lulus dalam proses seleksi, menghadirkan Lontong Balap Pak Endut Surabaya, Mie Kocok Mas Edi Cirebon, Bubur Ayam Mang H. Oyo Bandung, Timlo Solo, Pedesan Entog Bang Combat Khas Indramayu, Soto Ahrie Garut dan Mie Sate Memang Ayep Medan.

Beberapa legenda kuliner dari tuan rumah Jakarta juga hadir, antara lain Ketoprak Ciragil, Nasi Goreng Kebon Sirih, Bebek Kaleyo, Iga Sapi Penyet Warung Leko, Soto Kudus Pak Minto, Sate tegal Salim, dan lain-lain.

Perburuan Bakpao-Buncit sempat terhenti sekitar 1 jam lamanya gara-gara derasnya hujan (waaaah...pawangnya kurang canggih nih!). Bukan hanya muka pengunjung yang cemberut karena hujan turun, tapi juga para pedagang di dalam tenda. Sialnya lagi, Bakpao lupa bawa payung jadi terpaksa neduh deh! Perut yang kadung bergejolak minta diisi makanan mau nggak mau membuat Bakpao-Buncit melirik tenda-tenda yang berada tak jauh dari tempat berteduh. Saat itu tenda terdekat hanya Mie Aceh Seulawah dan Ketoprak Ciragil. “Kamu makan Mie Aceh, aku makan Ketoprak buat ganjel perut sementara!” saran Buncit dengan muka memelas menahan lapar. Hujan yang semakin deras menambah sulit para pengunjung untuk mengorder makanan. Mulai dari melambai-lambai, bertepuk tangan, sampai teriak-teriak, Buncit lakukan demi pesanan Mie Aceh Bakpao datang (so sweet, makasih ya Buncitquuu). Meskipun porsinya sedikit dan sedikit bercampur cipratan air hujan, rasa Mie Aceh Seulawah pesanan Bakpao rasanya tak mengecewakan. Ketoprak Ciragil si Buncit konon juga tak kalah enak, ya...intinya kami terpuaskan deh!

Tapi hari belum usai bagi duo kriwil, setelah hujan reda semangat Bakpao-Buncit kembali membara. Mumpung masih ada waktu beberapa jam lagi, banjir akibat hujan pun tak dihiraukan. Beberapa booth sudah bersiap packing karena dagangannya ludes. Akhirnya ada dua kuliner yang menarik perhatian Bakpao-Buncit. Bubur Ayam Mang H. Oyo dari Bandung dan Pedesan Entog Bang Combat asli Indramayu. Excited, itu yang Bakpao rasakan saat memulai suapan bubur super kental (sampai-sampai kalau dibalikkan piringnya, buburnya nggak tumpah loh!). Tapi setelah diecap kok Bakpao mendadak kecewa ya? Rasanya STANDAAAAARRRR, nggak gurih cuma menang kentalnya saja, huuuft!!!

Lain lagi dengan Buncit yang terpuaskan dengan rasa pedesan entog yang cepat sekali ludes berpindah ke perutnya yang tambun. “Enak, entognya! Kuahnya juga pedes banget, mantabh! Aku jadi inget kalau pulang kampung suka dimasakin entog sama Uwa'ku!” celetuk Buncit sambil mengelap keringat yang membasahi mukanya. Range harga seluruh jajanan di FJB berkisar antara Rp. 12.000 – Rp 25.000, cukup terjangkau apalagi diadakannya pada awal bulan, masih tanggal muda cuy! Hehehehehe...

Sebagai dessert, Buncit-Bakpao memilih jajanan murah meriah, es goyang dan es lilin yang maknyooooos segarnya! Overall, Bakpao-Buncit are having so much fun there!! Kaki becek-becekkan, baju dan celana basah, rambut lepek, no problemoooo, yang penting kenyang and senang, hehehehehe...

NB: Bakpao-Buncit salut atas konsistensi Kecap Bango dan PT. Unilever Indonesia dalam melesatrikan kuliner nusantara dengan cara yang menyenangkan seperti ini, keep up the good work!!!

Selasa, 03 Agustus 2010

My Pancake, Cilandak Town Square, Jakarta Selatan

Saat Makanan Barat 'Selingkuh' dengan Makanan Timur!

Heran deh, kenapa ya Bakpao suka bosan makan nasi berbarengan dengan ngidam untuk menyantap pasta? Sialnya lagi, kejadian tersebut sering datang di saat yang nggak tepat! Contohnya di akhir Juli silam, tepat di tanggal tua banget...nget...nget!:( Tapi, orang sabar disayang Tuhan (itu kali ya istilah yang tepat), karena setelah tertunda beberapa saat dan bersabar sampai waktu gajian tiba akhirnya ngidamnya Bakpao kesampaian!

Sama sekali nggak direncanakan, malam minggu duo kriwil sedang 'beredar' di CiTos (bukan begaaoool ala ABABIL *ABG Labil* tapi dalam rangka beli soft lense-nya si Buncit nih!) dan secara kebetulan lewat di depan sebuah resto bernama My Pancake. Sekilas terlihat deretan tulisan kecil 'Ribs-Pasta-Dessert' di bawah logo resto itu. Spontan Bakpao langsung melotot sejenak lalu memelas ke arah Buncit sambil berkata, “Mauuuu, makan di situ aja, yuuuk!”

Sebagai orang yang cermat (halaaah...cerdas-cermat, Buuu??) dalam memilih tempat makan, tentu si Buncit nggak langsung mengiyakan. Si Buncit sempat bingung dan protes, “Katanya kamu ngidam makan pasta, kok malah ngajakin ke resto pancake sih?” Dengan diiringi 'cengiran gusi' andalan, Bakpao menunjuk papan nama resto sambil menyuruh Buncit membaca tulisan kecil di dalamnya. “Oooowh...ada pastanya toh?” ujar Buncit malu-malu.

Karena seharian itu Bakpao belum makan, dengan cepat masuklah Bakpao-Buncit ke dalam resto bernuansa temaram itu untuk menuntaskan lapar. Oh ya, usut punya usut ternyata pemilik resto yang berdiri akhir tahun 2009 silam ini tak lain adalah dua pesohor Indonesia, Yuni Shara dan Iis Dahlia. Pssst...perkembangan My Pancake tergolong cepat loh, buktinya selain di CiTos dan Grand Indonesia, My Pancake juga sudah membuka gerai terbarunya di Surabaya Town Square, wow!

Berdasarkan taglinenya, dugaan Bakpao saat itu adalah resto ini spesialisasinya bermacam olahan pancake, makanan berbahan dasar iga sapi serta pasta. Namun setelah menelusuri buku menu yang diasodorkan oleh pelayan, akhirnya terkuak bahwa My Pancake tak hanya menyajikan makanan ala Italia, tapi juga ala Korea!

Untuk pasta, konsep yang diusung hampir sama dengan konsep Warung Pasta. Dalam buku menu dijelaskan bahwa jenis pasta dan cara memasaknya diserahkan pada pembeli alias suka-suka kita. Jenis saus yang disediakan untuk olahan pasta cukup beragam, yaitu Oglio-Olio, Tomatoe Sauce, Black Pepper, Carbonarra, Creamy Cajun Salmon, Mushroom and Smooked Beef, Chicken Mushroom and Spinach, dan lain-lain. Sedangkan untuk jenis pastanya tersedia mulai dari spaghetti, fusilli, fettucini, hingga penne. Pilihan Bakpao saat itu adalah Penne Chicken Mushroom and Spinach (urusan ayamnya sih gampang, tinggal disuapkan aja ke mulut si Buncit, beres deh!).

Si Buncit yang nggak begitu suka pasta tampak bingung menatap menu di depannya. Memanfaatkan kebingungan si Buncit, Bakpao akhirnya memberi saran yang ekstrim, “Udah pesen aja makanan Korea! Nyobain yang belum pernah dimakan, piye?” Dengan tatapan nanar, akhirnya Buncit setuju. Pesan Buncit saat itu cuma satu, tolong cariin menu Korea yang sedikit normal, hehehe. Pilihan pun jatuh pada makanan yang familiar di mata Bakpao, Dolsot Galbi Bibimbap (nasi dengan campuran sayur-sayuran dan irisan daging sapi yang diletakkan dalam hot pot disajikan dengan saus dan kimchi).

Seperti dugaan Bakpao, rasa pastanya sama sekali nggak mengecewakan, uenaaaaak!!! Potongan ayamnya melimpah, saus krimnya gurih tapi nggak bikin eneg, belum lagi lembaran sayur bayam yang masih segar dan crunchy. Langsung bikin Bakpao merasa kuat dan berotot seperti 'Popeye si Pelaut', tuuut...tuuut, hehehehe. Bahkan boleh dibilang kualitas rasa pastanya lebih bagus dibandingkan Warung Pasta (ada harga-ada barang, ada harga tinggi-ada mutu bagus, gitu kata si Buncit). Ini sih sekelas hotel bintang lima, dari kaca mata Bakpao loooh;)

Terus apa kabar dengan makanan Korea yang dipesan si Buncit yaaa? Suapan pertama sampai ke lima, Bakpao perhatikan si Buncit masih lahap menyantap nasi liwet ala Korea itu. Tapi selanjutnya, mata si Buncit mulai memicing, mulutnya mulai berhenti mengunyah dan helaan nafas panjang pun akhirnya terdengar. “Nih, abisin! Aku eneg, nggak doyan!” jujur Buncit sambil memesan air mineral pada pelayan. Yaudah deh, karena takut mubazir, Bakpao mau nggak mau menghabiskan sisa Bibimbap yang lumayan masih banyak itu. Hmmm...menurut Bakpao sih enak, ditmabah dengan kimchi yang rasanya pedas-asam membuat Bakpao nggak eneg. Favorit Bakpao adalah nasi-nasi yang menempel dan yang mulai mengering di dasar hot pot, kriuuk...kriuuk saat digigit, yummmy!!! Satu hal lagi yang Bakpao-Buncit suka adalah size Es Teh Manis yang disajikan lumayan besar, cocok untuk Bakpao yang butuh banyak minum saat makan.

Untuk dessert, Bakpao Buncit hanya memesan satu pancake saja. Kami pesan yang paling spesial, bernama Hot and Fluppy Pancake. Pancake yang diberi topping es krim dengan rasa yang dapat dipilih, pasta coklat, potongan kacang mede, potongan fresh strawberry dan pisang serta sebatang coklat astor ini rasanya maknyoooos. Si Buncit juga setuju kalau pancake yang satu ini cocok sebagai pencuci mulut, apalagi Buncit habis trauma karena merasa salah pesan makanan tadi (maaf yaaa salah kasih saran, hehehe).

Untuk menu pasta yang Bakpao pesan, dihargai Rp. 45.000, sedangkan nasi liwet Korea yang sukses bikin Buncit eneg and mules dibandrol Rp. 39.000 dan pancake unggulannya yang merebut hati Bakpao-Buncit dipatok Rp. 29.000. kritikan Bakpao cuma satu, mbok ya harga minumannya jangan mahal-mahal toh! Masa untuk segelas Ice Lemon Tea pembeli harus merogoh koceh sebesar Rp. 18.000 dan Air Mineral ukuran sedang Rp. 12.000, paling murah adalah Ice Tea yang dihargai Rp. 9.000. Soal rasa dan size makanannya Bakpao sangat puas, setimpal lah dengan harganya yang cenderung mahal. Kalau si Buncit kayaknya nggak sependapat tuh. “Mendingan aku makan nasi liwet sekalian deh! Nggak bikin eneg and mules, huh!” omel si Buncit sepanjang jalan pulang. Hehehehe...maaf yaaaa!;)

Bakpao Recommendation

Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih, Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat

Rasa Tak Sesuai Dengan Nama Besarnya!!

Awalnya, si Buncit merasa malu dengan resensi ini. Soalnya, selama kerja di salah satu perusahaan media terbesar Indonesia di kawasan Kebon Sirih, Buncit tak pernah sekali pun menyambangi warung Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih yang terkenal itu. Bayangkan saja, selama 4 tahun kerja, Buncit belum pernah merasakan nasi goreng kambing yang kata orang enak banget itu! Apa kata dunia?! Atau lebih tepatnya, Apa kata Gayus?!

Rasa malu bercampur dengan penasaran yang tinggi itulah yang kemudian mendorong Bakpao-Buncit menyambangi warung yang didirikan oleh (alm) H. Nein pada tahun 1958 ini. Ternyata, letaknya itu tidak jauh, lho. Sepertinya, jarak kantor dengan warung itu nggak sampai 1 KM deh.

Duo Bakpao-Buncit agak sedikit kebingungan saat mencari letak warung Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih ini (harap maklum, belum pernah sih.. Hihihi..). Setelah mengambil jalan memutar melewati Jalan Sabang (niatnya supaya nggak kelewatan), ada banyak mobil yang terparkir sisi kanan pinggir jalan. Wah, pikiran Bakpao-Buncit pun langsung melayang ke langit ke tujuh.

Berdasarkan pengalaman berwisata kuliner, warung makan yang tempat parkirnya biasa dipenuhi dengan kendaraan, maka bisa dipastikan rasa hidangannya super lezat. Berdasarkan pengalaman itulah, Bakpao-Buncit merasa yakin dengan rasa nasi goreng kambing yang akan disuguhkan pada malam itu.

Mata Bakpao-Buncit langsung terbelalak, saat melihat proses pembuatan nasi goreng. Pasalnya, 2 buah penggorengan berukuran besar telah terisi penuh dengan nasi goreng. Sang koki sedang menggoreng nasi dalam jumlah banyak sekaligus. Wow, benar-benar dahsyat nih warung. Saking banyaknya pengunjung, si pengelola warung langsung membuat nasi goreng dalam jumlah yang banyak. Jadi, ia nggak perlu repot lagi menggoreng tiap kali ada yang memesan. Itu salah satu hal yang membuat Bakpao-Buncit terkagum.

Selain itu, meja panjang yang disediakan ternyata tak cukup untuk menyambut pelanggan yang silih berganti datang. Tak heran, Hadi (penerus kedua pemilik warung) menyediakan beberapa meja dan kursi plastik tepat di pinggir jalan, tanpa dilindungi dengan tenda. Sialnya, pas malam Bakpao-Buncit makan, cuaca sedang tidak bersahabat alias hujan. Jadi, para pelanggan yang duduk di kursi plastik itu berbondong-bondong pindah ke meja panjang di dalam tenda. Wah, banyaknya pelanggan di warung Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih ini semakin membuat Bakpao-Buncit merasa optimis dengan rasa yang dihidangkan.

Setelah memilih tempat duduk yang masih kosong, Bakpao-Buncit akhirnya memesan 1 porsi nasi goreng kambing (tentunya ini untuk si Buncit dong, pecinta daging kambing sejati!!), 1 porsi nasi goreng ayam (untuk si Bakpao, tentu saja daging ayamnya tetap dimakan si Buncit..hahaha..), 2 gelas teh manis hangat, dan tambahan 1 bungkus kerupuk kulit.

Merasa takut lama menunggu, Buncit pun mencabut 1 batang rokok Marlboro Black Menthol untuk membunuh rasa bosan sambil mengobrol dengan Bakpao. Eits, tak lupa check in foursquare di BB barunya (haiyaaah, nggak penting banget pamer gadget di blog kuliner..hahahaha..). Ternyata, dugaan Buncit salah. Nggak sampai 10 menit, dua piring berisi nasi goreng sudah diantar oleh si pelayan.

Wow, cepat sekali jadinya. Ya mungkin karena si koki sudah menggoreng nasi dalam jumlah yang banyak. Jadi, sudah ada stok nasi goreng yang bisa disajikan. Dalam hal penampilan, nasi goreng Kebon Sirih memang cukup menggiurkan. Gumpalan daging kambing terlihat sangat mencolok. Apalagi, potongan dagingnya itu cukup besar, lho. Berbeda halnya dengan nasi goreng ayam pesanan si Bakpao, irisan ayam sangat sulit ditemui. Selain irisannya kecil-kecil, jumlah irisan ayam itu pun nggak sebanyak potongan daging kambing pada nasi goreng kambing pesanan si Buncit.

Detik-detik menebarkan pun mulai terasa saat sendok hendak mencuri nasi goreng dari atas piring. Mulut langsung menganga siap menyambut nasi goreng curian si sendok dari piring. Sesampainya di dalam mulut dan bertemu dengan lidah... Apaaaaaaaaa?!!! Otak si Buncit langsung mengirimkan perintah ke mulut untuk bersuara mengomentari rasa nasi goreng ini. “Kok rasanya standar sih?!” ucap si Buncit dengan muka datar.

Bak gayung bersambut, komentar ini pun diiyakan oleh Bakpao setelah ikut merasakan nasi goreng pesanannya. “Iya, rasanya biasa saja, hampir mirip dengan rasa nasi kebuli,” timpal si Bakpao yang pipinya terlihat lebih tembem ketimbang 2,5 tahun lalu saat kali pertama berjumpa (Ya elah, curhat segala ini..hihihi).

Rasa Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih ini memang berbeda ketimbang nasi goreng biasa lainnya. Rasanya memang hampir mirip dengan nasi kebuli asal gurun Sahara. “Kayak ada rempah-rempah yang ditambahin,” ujar si Bakpao yang berlagak seperti chef Farah Quinn ini. Kok rasa nasi goreng begini, ya lebih baik makan nasi kebuli aja sekalian. Duo Bakpao-Buncit pun mendeklarasikan dekrit kuliner tentang Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih, yang memiliki rasa STD alias STANDAAAARR..!!

Ada lagi kekurangan lainnya. Karena si koki sudah menggoreng nasi dalam jumlah yang banyak dan dijadikan stok, maka nasi goreng yang dihidangkan kepada Bakpao-Buncit sudah tidak panas lagi. Lah, kok nasi goreng nggak panas?! Ya nggak enak atuh. Nasi goreng kambingnya cuma hangat-hangat kuku (hah, kayak air mandi buat anak bayi aja nih..). Apalagi, kita nggak bisa memesan rasa nasi goreng yang pedas. Lah, wong semua rasanya sama. Kan, digoreng di dalam satu penggorengan raksasa (ukurannya yang besar bahkan bisa dinaiki oleh 2 anak balita loh).

Satu hal positif yang bisa diambil dari nasi goreng ini adalah, daging kambingnya yang memang tidak berbau. Soal ini, warung Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih dapat jempol deh.

Saat menghabiskan nasi goreng pesanan, satu pasangan yang duduknya di depan Bakpao-Buncit baru saja selesai makan. Keduanya hendak membayar makanan yang sudah mereka pesan. “Berapa semuanya, mas?” tanya si lelaki yang kelihatannya akan membayar pesanannya tersebut (ternyata, duitnya dikeluarkan dari dompet ceweknya hahaha...). Tepat di depan mereka, dua piring nasi goreng, 1 botol air mineral, dan 1 gelas teh sudah terlihat kosong. Setelah mengecek semua pesanannya, si pelayan dengan santainya menjawab, “Semuanya jadi Rp 56 ribu”.

Waduuuuh, mahal amat ya. Padahal, pasangan ini nggak memesan tambahan lain, lho. Wah, si Buncit pun langsung merasa was-was dengan harga yang nantinya akan dibayar. Apalagi, dengan rasa yang tidak memuaskan.

Rasa lapar mengalahkan segalanya. Meski rasa nggak sesuai dengan harapan, perut si Buncit yang sudah berdendang, tak peduli. Sepiring nasi goreng yang porsinya nggak terlalu banyak, langsung saja dihabiskan. Selesai makan, Bakpao-Buncit berniat untuk membayar. Ternyata, semua pesanannya menghabiskan uang Rp 46 ribu. Kecewanya lagi, harga nasi goreng ayam dan nasi goreng kambing itu sama harganya yaitu Rp 20 ribu. Lah, di mana-mana harga nasi goreng ayam lebih murah daripada nasi goreng kambing! Kok ini harganya sama?! Sungguh mengecewakan!!! Huh.. Rasa standar tapi mahalnya minta ampun!!

Sebenarnya warung ini juga menyediakan menu sate kambing, sop kambing, dan sate ayam. Duo Bakpao-Buncit sudah kadung kecewa dengan rasa nasi gorengnya, jadi menu lainnya tidak bakalan dicicipi di kemudian hari. Satu ekspresi setelah makan di Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih adalah; Hadeeeeehh.... (sambil mengelus-elus dada berusaha untuk sabar!! hehehe)

Buncit Recommendation

Senin, 02 Agustus 2010

Iniko Toys Cafe, Jl. Gunawarman No. 11 A, Kebayoran Baru

Bakpao's 25th Birthday Celebration @Gotham City!!! \(*.*)/

Happy Birthday Bakpao..Happy Birthday Bakpao...Happy Birthday...Happy Birthday Bakpao!! Hehehehe...udah basi siy sebenarnya, tapi berhubung mau ngebahas Iniko Toys Cafe, jadi mau nggak mau harus ngomongin soal ultah Bakpao deh;)

Awal Juli lalu, Bakpao-Buncit sibuk cari tempat dinner buat ngerayain ultah Bakpao. Karena duo kriwil ini pasangan 'koboy' jadi suasana dinner resmi wajib dienyahkan dari list!;p Setelah browsing *over here, there and everywhere* akhirnya pilihan jatuh pada Iniko Toys Cafe. Pertimbangan terbesar sih karena konsep resto ini unik dan fun. Pikir duo kriwil ini, soal rasa makanan tinggal dibuktikan saja nanti, kami kan butuh bukti bukan janji! Hehehehe...

Dari luar, cafe ini sudah menarik perhatian, lantaran di bagian atasnya terdapat gerombolan karakter mainan yang banyak digemari. Selanjutnya, di dekat pintu masuk terdapat dua karakter dari film Star Wars. Selain itu, hadir pula beberapa tokoh Disney, mobil-mobilan dari film Batman atau sebuah castel lengkap dengan prajurit perangnya. Tapi jangan bayangkan miniatur tokoh fiksi tersebut bertebaran begitu saja. Justru mereka digabungkan berdasarkan serialnya dan menyatu dalam sebuah diorama.

Ketika menghempaskan badan ke atas sofa lalu menengadah ke atas, Bakpao-Buncit menemukan ‘kota terbalik’ dengan juluran tentakel gurita yang mirip tangan dokter Octopus (musuh spiderman) sedang mencabik langit-langit. Laiknya sebuah kota yang hiruk pikuk dan muncullah Super Heroes, yaitu Batman, Superman, Spiderman, Iron Man, Hulk dan lainnya tengah beraksi, arah gerakan mereka melawan gravitasi bumi, wow! Sumpah, selama beberapa saat duo kriwil nggak bisa berhenti menengadahkan kepala untuk mengamati hal tersebut.

Ohya, sebenarnya ada satu hal yang bikin si Buncit super excited menanggapi ajakan Bakpao ke sini, which is tersedianya fasilitas game macam Playstation 2 dan Nintendo Wii (itu sih hobinya si Buncit yang sering bikin BT Bakpao, he...he...he) for free. Eits, belum selesai! Masih ada hiburan lainnya, sambil menunggu pesanan datang, Bakpao-Buncit sama sekali nggak mati gaya. Selain dilengkapi fasilitas Wi-Fi, kami disuguhkan pelbagai mainan seperti Tumbling Monkey, Splashy The Whale Game, catur-3 D Chessy Bart Simpson, Monopoli, Uno, dan lain-lain.

Nah...kalau bicara soal makanan, sebenarnya agak mengecewakan untuk Bakpao. Karena ternyata menu-menu yang tersedia sama sekali tidak berpihak pada vegetarian:( Setelah pusiiiiing bolak-balik buku menu akhirnya Bakpao menjatuhkan pilihan pada makanan bernama Super Creamy Ratatouille Toast (sandwich bakar yang dalamnya berisi daging asap, telur dan keju mozzarella). Sebenarnya antara nama sama wujudnya menurut Bakpao sama sekali nggak nyambung. Karena 'Ratatouille' yang Bakpao kenal adalah makanan Perancis semacam tumisan yang terdiri dari berbagai macam sayuran seperti, zucchini, tomat, cabai merah, cabai hijau, bawang merah, bawang putih, dan terong yang biasa dimakan dengan nasi, kentang atau roti Perancis. Tak ketinggalan segelas Lime Squash sebagai penetralisir creamy-nya keju dan Avocado Coffee Pancake sebagai dessert pun turut Bakpao pesan.

Hmmm...bagaimana dengan si Buncit? Carnivora yang sekarang sering Bakpao panggil dengan sebutan Mochi ini memesan menu andalan di Iniko, Mexican Meatloaf (campuran daging cincang, telur ayam dan keju mozarella yang dibungkus dengan selembar daging asap yang disajikan dengan saus salsa plus kentang goreng berbumbu keju), Sweet Ice Lemon Tea dan Choco Cheese Pancake. Tadinya Bakpao pikir makan sandwich nggak akan mengenyangkan, tapi setelah menyantap beberapa potong, hilang sudah anggapan itu. Roti bakar isi telur dan lelehan keju yang melimpah itu nyatanya sukses bikin perut Bakpao full, rasanya enak, gurih dan creamy, mantabh!! Pancakenya juga enak, perpaduan antara alpukat, kopi, whipped cream dan es krimnya sangat pas! Lalu menurut si Buncit, menu pesanannya juga enak dan cukup mengenyangkan. Rasanya gurih dan dagingnya melimpah ruah. Porsi kentang gorengnya pun lumayan besar, rasa kejunya melengkapi cita rasa Mexico secara keseluruhan. Sementara pancakenya dinilai si Buncit kurang berisi alias ketipisan, ibaratnya cuma menggelitik tenggorokan saja, he...he...he.

Soal harga, Bakpao-Buncit menilai cukup masuk akal, menimbang fasilitas yang disediakan. Untuk Super Creamy Ratatouille Toast dihargai Rp. 27.500, Mexican Meatloaf Rp. 38.500, Avocado Coffee Pancake Rp. 22.750, Choco Cheese Pancake Rp. 19.600, Lime Squash dan Sweet Ice Lemon Tea Rp. 14.500.

Overall, Bakpao-Buncit puas di kunjungan perdana ini, baik dari segi rasa makanan, harga, fasilitas dan pelayanan. Ultah Bakpao kali ini memang spesial, rasanya seperti dirayakan di Gotham City loh! he...he...he.

Bakpao Recommendation