Rabu, 09 Juni 2010

TeHe Vegetarian Resto, Mangga Dua Square Ground Floor No. 280 Jakarta

Daging “Jadi-Jadian” yang Enaknya Bener-Beneran!

Meresensi kuliner yang satu ini merupakan suatu pencapaian yang luar biasa loh buat Bakpao (terserah deh mau dibilang lebay, ga peduliiiiii!!! hehehehe). Pasalnya sebagai seorang lacto-ovo vegetarian, Bakpao pasti punya cita-cita menikmati kuliner yang khusus dibuat untuk golongan vegetarian. Nah... masalahnya selama kurang lebih 8 tahun menjadi vegetarian belum sekalipun tuh Bakpao mencicipi makanan jadi-jadian yang konon katanya bentuk dan rasanya mirip daging sapi, ayam dan seafood, terbuat dari protein soya/bubuk kedelai ataupun gluten!

Sampai akhirnya ada rezeki tak terkira menghampiri di awal Juni, tanpa pikir panjang langsung deh, Bakpao-Buncit meluncur ke Tehe Vegetarian Resto di bilangan Mangga Dua Square demi memuaskan hasrat lama yang bersemi kembali ini. “Ada daging yang asli, malah pilih yang palsu, dasar aneh!” goda Buncit sepanjang jalan hingga berada di Tehe Resto, lengkap dengan muka yang super duper nyebelin, huuuuh!

Oh ya, sebelumnya Bakpao sudah sempat mencari tahu menu apa saja yang ada di Tehe, karena itu waktu pelayan nyodorin menu, Bakpao-Buncit jadi nggak begitu bingung atau kaget lagi, hehehehe.... Setelah “basa-basi” membolak-balik menu, akhirnya Bakpao menjatuhkan pilihan pada beberapa menu unggulan di Tehe, yaitu Ayam Bakar Bandung, Cah Kangkung Seafood Hotplate dan Lime Squash.

Sedangkan si Buncit mengorder Sate Madura, Sapi Lada Hitam dan Ice Lemon Tea. Sepanjang menunggu, Buncit masih terus menggoda Bakpao loh! Dari mimik wajah dan ucapan-ucapannya, sepertinya si Buncit meremehkan rasa dari hidangan ala vegetarian ini, benar-benar ngeseliiiiiiiiiiiiiin! q(>_<)p

Dan 15 menit pun berlalu, satu per satu makanan pesanan Bakpao-Buncit mulai berdatangan. Bakpao-Buncit sempat merasa aneh dengan penampilan Kangkung Cah Seafoodnya. Dikira ukuran hotplatenya sama seperti pada umumnya, tapi kenyataannya ukuran hotplatenya itu malah lebih mirip wajan atau panci, weeeeekz... *S-H-O-C-K to the max!!!* Sate Madura datang bersamaan dengan Sapi Lada Hitam dan Ayam Bakar Bandung.

Penampilan ketiganya sangat cantik. Satenya terdiri dari 6 tusuk daging yang potongannya tergolong kecil. Rasanya sih menurut Bakpao enak banget, pas gurihnya, tapi menurut Buncit kurang terasa tekstur dan rasa ayamnya. Lain lagi ketika mencicipi Ayam Bakar Bandung plus sambal terasinya. Kali ini kebalikannya, menurut indera pengecap Bakpao, ayam jadi-jadian yang satu ini rasanya kok malah lebih mirip daging kambing ya? Soalnya agak bau gitu deh! Tapi anehnya, menurut si Buncit Ayam Bakar ini justru lezat. Tingkat kemiripan tekstur adonan tepung kedelainya dengan tekstur daging ayam sungguhannya pun relatif tinggi.

Dari segi penampakan, Bakpao juga kurang puas sama olahan ayam ini. Habis bentuk ayam bakarnya hanya berupa potongan-potongan daging saja sih, nggak ada tiruan tulangnya, hehehehe. Kalau Sapi Lada Hitamnya lumayan mirip loh, baik dalam segi bentuk maupun rasanya. Sebagai pengganti daging merah, konon dipakailah tangkai jamur tiram yang digeprek, dimana serat-seratnya akan tampak seperti daging, wow!

Last but not least, Kangkung Cah Seafood Hotplate ukuran jumbo pun dirasakan oleh duo kriwil ini. Di dalamnya terdapat beberapa potongan tahu, udang dan cumi. To be honest, tekstru cuminya nggak mirip, kurang kenyal dan sama sekali tidak berbau amis ala seafood.

Yang perlu diacungi jempol justru potongan udangnya, dari segi warna pun menarik, putih dan orange seperti udang rebus sungguhan. Ketika Bakpao gigit, aroma udangnya lumayan terasa, dan tekstur adonan tepung kedelainya juga mirip sekali dengan daging udang sungguhan, bravo!

Soal harga rasanya masih masuk akal, untuk 1 porsi Sate Madura dibandrol Rp. 20.000, sedangkan Ayam Bakar Bandung Rp. 35.000, Sapi Lada Hitam Rp. 35.000 dan Kangkung Cah Seafood Rp. 35.000.

Seneng dan puas banget deh akhirnya kesampaian nyicipin makanan ala vegetarian, yg 100% free produk hewani. Walaupun cuma pura-pura makan daging tapi rasanya nggak pura-pura kok, enaaaaak! Ya... soal rasa yang kurang-kurang sedikit sih bisa dimaklumin ya! Namanya juga makanan palsu, tentu rasanya berbeda dengan makanan dari bahan daging yang asli (kayak masih ingat aja gimana rasa aslinya daging! hehehe). Yuk, beralih ke gaya hidup vegetarian mulai sekarang! (pasti si Buncit langsung teriak, TIDAAAAAAAAAAAK!!!!! hehehehehe).

Bakpao Recommendation

Sate Tegal Ibu Tri, Jalan Taman Margasatwa 8 Ragunan, Jakarta Selatan

Wow, Sate Tegal Tanpa Lemak yang Dihidangkan di Atas Hot Plate!

Eits, jangan bosan kalau si Buncit membahas soal sate lagi. Mungkin kamu masih ingat dengan postingan terdahulu tentang sate Toni yang letaknya di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Nah, kalau sate Toni itu kan termasuk tipe sate asli Cirebon. Jadi, Buncit berpikir bahwa genre Sate Toni dengan Sate Ibu Tri memang beda. Apalagi, Ibu Tri menjual Sate asli Tegal.

Dengan bermodalkan itulah, pasangan Bakpao-Buncit memantapkan niat untuk makan di Rumah Makan Sate Tegal Ibu Tri, tepat di pinggir jalan Taman Margasatwa Nomor 8, Jakarta Selatan. Sangat mudah menemukan rumah makan ini. Pasalnya, papan nama rumah makan berukuran cukup besar. Sehingga jelas terlihat dari jauh saat melintas di jalan Taman Margasatwa ke arah Ragunan. Tempat persisnya sebelum perempatan besar TB Simatupang dan Ragunan.

Malam hari di saat pulang kantor menjadi waktu yang tepat bagi pasangan Bakpao-Buncit untuk sekedar mengisi perut di rumah makan ini. Apalagi, saat itu selepas hujan mengguyur sebagian besar kota Jakarta.

Ketika memasuki rumah makan, suasananya ternyata seperti rumah sendiri (haiyyaah, kayak punya rumah aja nih..). Ruangan di dalam cukup luas, sehingga mampu menampung sekitar 20-an meja yang berukuran sedang. Oya, sate di sini dinikmati dalam kondisi remang-remang, loh (tapi ini bukan warung remang-remang).

Di atas masing-masing meja terdapat lampu bohlam bergelantungan yang dibungkus dengan rotan. Persis di rumah-rumah zaman baheula...

Tanpa berpikir panjang, Bakpao-Buncit langsung membaca menu yang sudah diberikan oleh pelayan. Pelayannya juga cukup tanggap. Saat Bakpao-Buncit hendak duduk di kursi, si pelayan itu langsung menghampiri dengan membawakan dua menu sekaligus.

Bakpao-Buncit lantas memutuskan untuk memesan menu sate kambing, tongseng kambing, sepiring nasi dan lontong, serta dua gelas es teh manis. Seperti biasa, si Bakpao yang katanya vegetarian cuma akan memakan kuah tongseng beserta lontong (wakakaka... daging kambingnya tetap buat si Buncit).

Selang beberapa menit kemudian, datanglah pelayan membawakan dua gelas es teh manis sebagai penghilang dahaga. Astagaaaa....!!! Dua pasang mata Bakpao-Buncit terbelalak saat melihat ukuran gelas es teh manis yang dihidangkan. Ukurannya gedee bangeeet... Lebih besar ketimbang gelas yang biasa dihidangkan di rumah makan lainnya. Rasa terkejut dibarengi dengan kepuasan sih sebenarnya. Soalnya, Bakpao-Buncit memang termasuk orang-orang yang membutuhkan minuman dalam jumlah banyak, setelah makan. Jadi, nggak nyesel sih dengan harga Rp 3.500 per gelas, puaaaass...

Nggak beberapa lama kemudian, datanglah hidangan utama yang sangat dinanti oleh cacing-cacing di perut Buncit. Rasa terkejut kembali dirasakan si Buncit. Soalnya, sate kambing yang dipesan tidak ditaruh di atas piring. Melainkan di atas hot plate, persis seperti penyajian steak... Buncit menelan ludah berkali-kali, setelah melihat kepulan asap yang masih keluar dari sate. Wow, benar-benar menggairahkan! (mungkin itu ucapan yang keluar dari Ariel Peterporn,,hehehe,, Peace kang Ariel).

Bumbu kecap, sambal beserta bawang merah mentah dipisahkan di atas piring-piring kecil. Benar-benar profesional dah nih rumah makan!!

Saatnya menyantaaaaaaap..!!! Dilihat dari penampilan, sate kambing ini tidak menampakkan sisi-sisi gosong akibat terkena api. Wah, mungkin karena dibakarnya dengan menggunakan hotplate dan tidak dibakar langsung di atas bara api. Jadi, nggak ada tuh daging-daging hitam yang renyah saat dikunyah. Kendati demikian, sate ini matang kok walaupun nggak dibakar di atas bara api.

Hebatnya lagi, sate kambing Bu Tri tidak dihiasi dengan lemak atau gajih sama sekali. Benar-benar mantaaaabh...!! Cuma satu salahnya saat itu, kenapa Buncit cuma memesan 5 tusuk aja??! Harusnya pesan 10 atau 20 tusuk sekalian..wakakakaka... Sebagai info, si Buncit sengaja memesan 5 tusuk sate kambing karena bertugas untuk menghabiskan daging kambing yang ada di dalam tongseng. Untuk 5 tusuk itu, harga yang harus dikeluarkan sebesar Rp 12.500. Jadi untuk 10 tusuk daging kambing, harganya Rp 25.000.

Sedangkan, untuk menu tongseng kambingnya, rasa kuah memang sedikit manis. Bila dibandingkan dengan tongseng Toni, tentu saja jauh berbeda. Dari rasa inilah, Buncit mampu menganalisis dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. “Wah mungkin karena tongseng ini berasal dari Jawa, jadi terasa sedikit manis!!” penilaian si Buncit fantastis, bukan?!

Satu porsi tongseng kambing dihargai Rp 22.000, harga ini cukup memuaskan dengan rasa yang ditawarkan. Setelah melahap habis menu makanan itu, Bakpao-Buncit juga merasa puas dengan gelas teh manis yang disuguhkan. Dengan porsi besar, perut si Buncit semakin bertambah buncit pada malam itu. Kalau begini rasanya, Bakpao-Buncit benar-benar merekomendasikan rumah makan ini kepada kalian. Okeeeelah kalau begituuuu... (salam dari warteg boys...!!)

Buncit Recommendation

Kamis, 03 Juni 2010

Bebek Bentu, Cempaka Putih Barat No. 26 Jakarta

Bebek Berukuran Besar, Rasa Pedaaaaaaaaassss...!!!

Wow... Bebek memang sudah menjadi kesukaan Buncit sejak lama nih. Awalnya sih, gara-gara bosan dengan ayam goreng dan ayam bakar. Eits, ternyata rasa bebek lebih gurih ketimbang ayam, loh.

Nggak heran, Buncit jadi kecanduan ama yang namanya bebek. Entah itu, bebek goreng atau bebek bakar. Sebenarnya sih, Buncit udah pernah mencicipi aneka masakan bebek di beberapa warung kaki lima dan restoran ternama. Dari petualangan itu, Buncit belum merasa puas dengan rasanya.

Tapi, dari softlens (karena sekarang udah nggak pake kacamata-Red) Buncit, Bebek Bentu untuk sementara ini menjadi juaranya restoran bebek. Apalagi, ukuran bebeknya lumayan gede!!! Cocok lah sama ukuran perut Buncit yang daya isinya cukup luas.

Mencicipi Bebek Bentu sebenarnya juga nggak sengaja. Pasangan Bakpao-Buncit diajak oleh salah satu teman kantor yang berniat mentraktir makan di resto itu. Karena belum pernah makan di Bebek Bentu, akhirnya bakpao-Buncit pun mengangguk tanda setuju dibarengi rasa penasaran yang sangat besar.

Sore hari sepulang kerja, Bakpao-Buncit menerobos kemacetan Jakarta yang dari hari ke hari semakin menggila. Perut kosong menjadi bekal yang sangat bermanfaat menuju resto Bebek Bentu (apalagi ditraktir, kesempatan emas berpetualang kuliner tanpa uang sepeser pun nih).

Dengan yakinnya, si Buncit memesan bebek goreng yang di atasnya dihiasi dengan sambal ekstra pedas. Katanya sih, ini namanya Bebek Chemenk (nama yang aneh, tapi nggak apa-apa deh asal bukan bebek cemen alias bebek penakut..wakakaka..)

Setelah menunggu lama, sajian bebek ekstra pedas itu pun hadir di hadapan. Buncit agak sedikit kaget sih pas melihat ukuran bebeknya. Lumayan gede, gan.. Sepadan deh ama harga yang kita bayar. Lidah dan perut udah kompak meminta bagian daging bebek. Tanpa panjang lebar, langsung aja dilahap tuh bebek.

Aduuuhhh... rasanya lumayan pedas!! Daging bebeknya juga lumayan gurih kok. Ternyata rasanya lebih enak daripada Bebek G**** (itu menurut si Buncit, loh). Apalagi, Buncit sebagai penggemar makanan pedas, sangat terpuaskan dengan rasa pedas dari bebek ini. Kontan aja, keringat langsung mengucur deras.

Sedangkan si Bakpao yang katanya vegetarian, tentu saja nggak bakalan mau kalo diasongin bebek (sayang amat ya, kan enak tuh). Akhirnya, Bakpao memesan sapo tahu. Ya baguslah pesan sapo tahu, daripada pesan sapo terbang.. hehehehe...

Eits, ada tapinya nih. Perut Buncit sedikit tidak terpuaskan dengan kuantitas nasi yang mendampingi si bebek. Soalnya, dikiiiit...!! (pengen minta tambah nasi, malu karena ini ditraktir. Hehehe..)

Buat kamu-kamu penggemar bebek, wajib hukumnya untuk mencicipi Bebek Bentu. Dengan kisaran harga antara Rp 13.500 – Rp 16.000, pas banget dah di kantong. Di sini, kalo rame bareng teman-teman lebih baik jangan pulang dulu abis makan. Soalnya, ada satu ruangan karaoke ukuran besar yang bisa disewakan loh. Ruang karaoke berkapasitas sekitar 15 orang ini bisa jadi penutup makan di Bebek Bentu.

Buncit berjanji pada diri sendiri, bakalan balik lagi ke Bebek Bentu. Oya, ternyata Bentu itu ada kepanjangannya, ben dan tuman, yang diambil dari bahasa Jawa. Ben artinya biar, sedangkan tuman artinya ketagihan. Owww... pantes aja Buncit jadi ketagihan Bebek Bentu nih (prediksi komentar si Bakpao : ihhh apa sih jayus bener nih Buncit...!!!)

Buncit Recommendation