Rabu, 24 Maret 2010

Warung Nasi Ampera

Lezatnya Makanan Sunda Kampung!

Kalau soal makanan Sunda, Warung Nasi Ampera juaranya... Itulah kesimpulan dari duo Bakpao-Buncit setelah puluhan kali menyantap menu makanan yang ditawarkan Ampera. Warung Nasi Ampera menjadi salah satu warung makan wajib yang selalu dikunjungi duo Bakpao-Buncit.

Sebenarnya, Warung Nasi Ampera berasal dari Bandung, Jawa Barat. Sukses menggaet pelanggan di seputar Jawa Barat, Ampera kemudian menyasar ibukota Jakarta. Lagi-lagi, sukses menyertai warung nasi asli Sunda ini.

Biasanya, Bakpao-Buncit makan di Ampera yang letaknya di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Mau tau kenapa??! Ya, pastinya karena dekat dari kantor. Hihihi...

Pokoknya sudah nggak terhitung lagi berapa kali Bakpao-Buncit makan di Ampera. Bahkan, saat berbuka puasa pada bulan Ramadhan, Bakpao-Buncit hobi berbuka di Ampera.

Menu yang biasa dipesan Buncit, tentunya ayam goreng kampung, babat goreng, tahu atau tempe goreng, oncom leunca, dan tentunya lalapan beserta aneka ragam sambal (catatan : sambal dan lalapan gratis sepuasnya lohh).

Sedangkan si Bakpao yang anti makan daging, pastinya akan memesan sayur asam yang dipadu dengan pepes tahu. Kadang-kadang sih sama sayur toge yang dicampur tahu. Meski menu makanannya sederhana dan sangat kampungan, tapi rasanya begitu menggelegar. Justru tipe makanan kampung seperti ini yang disuka si Buncit.

Biasanya, Bakpao-Buncit memilih tempat duduk di lantai atas. Ya, seperti biasa karena alasannya bebas merokok (gile aje lo, abis makan trus nggak merokok?! Kagak mantabh banget tuuuh).

Tiap kali Bakpao-Buncit makan di Ampera pasti selalu dibarengi dengan kucuran keringat yang begitu deras. Berbagai sambal, yang bisa diambil sepuasnya, sangaaaaaat pedas!! Karuan saja, keringat mengucur deras. Apalagi di lantai atas yang memiliki AC kacrut. Wakakakaka... AC sekitar 4 biji yang dipasang di lantai atas, kagak ada anginnya. “Kayaknya sih AC di situ cuma pajangan aja,” ujar Buncit menduga-duga. Ruangan sudah gerah ditambah lagi dengan pedas sambal yang pun ampun..!! Jadilah butiran keringat di sekujur tubuh ini.

Tapi, itu semua bikin Bakpao-Buncit ketagihan. Minimal dalam sebulan, duet maut ini selalu makan di Ampera.

Pernah suatu ketika, Bakpao-Buncit berwisata ke kota Bandung. Tepatnya di jalan Cihampelas. Waktu itu, malam-malam perut terasa begitu lapar. Bingung mau makan di mana?! Akhirnya duo keriwil ini memutuskan untuk makan di Ampera yang letaknya di jalan Cihampelas (mengingat lezatnya makanan Ampera di Jakarta, Bakpao-Buncit berharap Ampera Cihampelas juga sama lezatnya). Dari situ, Bakpao-Buncit tersadar bahwa rasa makanan di Ampera beda-beda loh antara satu dengan yang lain. Soalnya, saat makan sayur asem di Ampera Cihampelas, rasanya beda banget sama Ampera Sabang. Justru, lebih enak Ampera Sabang (lah, kok malah enakan yang di Jakarta ya??!).

Meski begitu, Warung Nasi Ampera tetaplah menjadi nomor wahid soal makanan Sunda. Harganya juga nggak terlalu mahal, kok. Biasanya, dengan menu yang sudah disebutkan di atas tadi, Bakpao-Buncit cuma mengeluarkan uang nggak lebih dari Rp 50 ribu. Murah, kan?! Mengingat sambal dan lalapan bisa diambil sepuasnya. Ayo, cintai makanan asli dalam negeri!

Buncit Recommendation...

Kamis, 11 Maret 2010

Nasi Uduk Gondangdia, Jakarta Pusat


Pure Gurihnya, Reasonable Harganya!

Kalo ngomongin nasi uduk, pasti lidah Bakpao langsung membayangkan perpaduan dahsyat antara nasi pulen dengan gurihnya santan dan harum mewangi plus renyahnya bawang goreng! Tapi sayangnya, belakangan ini originalitas rasa nasi uduk kadang terkalahkan dengan kenaikan harga bahan pokok, ya, huuuft! Istilahnya, kalau mau makan nasi uduk yang gurih...rih...rih...rih yowes bikin sendiri, jangan berharap dari nasi uduk di warung pinggir jalan!

Awalnya sih Bakpao sering dengar tentang warung yang satu ini lewat promosi mulut ke mulut, juga dari salah satu acara kuliner di TV. Waktu mutusin untuk melipir menuju warung makan yang main product-nya Nasi Uduk ini, sebenarnya Bakpao lumayan ragu. “Aaaah...paling juga rasanya sama aja kayak 'nasi uduk imitasi' yang biasa dibeli Mama untuk sarapan di rumah,” remeh Bakpao kala itu.

Saat pertama kali menginjakkan kaki, suasana homey sangat kentara. Rumah makan ini memang terletak dalam sebuah bangunan yang *saya duga* tadinya adalah sebuah rumah tinggal. Mengusung tema semi-outdoor, tempat ini jadi terasa begitu adem, karena memang masih banyak pohon-pohion besar yang menaungi sebagian bangunan.

Di sebelah kiri depan, BakpaoBuncit dihadang oleh semacam etalase panjang berisi beragam lauk-pauk yang sudah dibumbui dan siap digoreng. Saat pilah-pilih, Bakpao diberikan sebuah piring yang berukuran lumayan besar, sebagai tempat untuk meletakkan lauk-pauk pilihan untuk segera diceburkan ke wajan untuk digoreng. Ada satu item yang berhasil membuat Bakpao bahagia setengah mati! Setelah sekian lama nggak menyantap telor muda, akhirnya Bakpao malah secara nggak sengaja nemuin lauk nan langka itu di tempat ini, horeeeee!!!! Malah spesialnya, sate telor muda itu dijadikan salah satu menu utama yang setiap harinya pasti tersedia. Tak buang waktu, langsung saja bakpao yang over excited waktu itu pesan satu tusuk sate telor muda, tempe dan tahu. Kalau si Buncit sih tentu saja pesan soulmatenya, ayam goreng! he...he...he.

Segera setelahnya, BakpaoBuncit segera menyasar meja yang terletak di tengah-tengah, karena perkiraan duo kriwil ini, anginnya lumayan terasa disana *memang terbukti loh! saat kedatangan kedua, BakpaoBuncit duduk di meja yang sama, udah PW soalnya!* Di atas meja, sudah tersedia beberapa bungkus nasi uduk berbalut daun pisang menyerupai kerucut, yang masih terasa hangat saat dipegang dan harumnya menjerat hidung! Tak lama, sejumlah lauk yang tadi Bakpao pesan diantarkan. Wiiiiih...kepulan asap dan aromanya begitu menggoda. Suapan pertama, Bakpao terkejut! Ternyata rasa nasi uduk yang satu ini, gurih banget! *salah perkiraan deh, jadi malu! he...he...he*

Sate telor mudanya juga enak, gurih, renyah dan lumayan banyak dalam satu tusuknya. Ayam gorengnya, kalau menurut si Buncit juga enak, empuk! Tapi menurut BakpaoBuncit, rasa tempenya agak aneh, sedikit apek, lebih enak tahunya. Satu bungkus nasi uduk dibandrol Rp. 4.000,- sate telor Rp. 7.500,- tahu tempe Rp 2000,- sedangkan ayam gorengnya Rp 9.000,-.

Nah...bagi pecinta nasi uduk yang pure gurihnya, nggak salah kalau tempat ini dijadikan tujuan saat perut keroncongan. Harga dan rasa sebanding lah, belum lagi posisinya yang strategis, baik bagi pengendara mobil, motor atau yang naik bus dan kereta sekalipun.

Bakpao Reccomendation

Bakso Cilandak, Jakarta Selatan

Berasa Dagingnya...!!!!

Siapa yang tak suka dengan bakso? Pasti Anda sudah gila bila tidak suka dengan makanan super lezat ini..wakakaka... Yang pasti, si Buncit sangat suka dengan bola daging yang dicampur dengan mie berkuah ini.

Apalagi kalo menyinggung tukang bakso yang letaknya persis di depan Mal Cilandak, Jakarta Selatan ini. Pokoknya, maknyuuuuusss...!!!

awal mula berkenalan dengan bakso Cilandak ini, sebenarnya atas ajakan si Bakpao. Kata si Bakpao; “Baksonya enak loh, emakku suka beli di situ,”

Si Buncit pun merasa tertantang dengan ajakan Bakpao. Apalagi keinginan untuk membuktikan omongan Bakpao, benar-benar menggelora di dalam dada. “Oke, siapa taku!!” hati Buncit berkata demikian.

Beruntung bagi duo BakpaoBuncit, karena daerah Cilandak memang tak jauh dari jangkauan rumah Bakpao di Jagakarsa. Dengan menggunakan Ara kesayangan, BakpaoBuncit melaju kencang, melewati rintangan, menembus waktu, menerobos gelapnya malam, demi mencicipi bakso.

Eits, jangan salah sangka dulu, kawan. Karena kalo soal daging-dagingan, cuma si Buncit aja yang bisa merasakan (dibaca; Bakpao tetap setia menjadi vegetarian).

Tepat di seberang Mal Cilandak, tukang bakso itu bersanding dengan gerobak mie ayam. (ternyata mereka berdua memang bersahabat dalam membuka warung). Sesampainya di sana, suasana warung terlihat ramai. Padahal, warungnya berukuran tak begitu besar. Jadi, cukup berdesak-desakan dah.

Untungnya, ada dua orang yang akan meninggalkan warung bakso. Mereka sudah menghabiskan dua mangkok bakso ditambah dengan dua teh botol sosro. Dilihat dari wajah dua pungunjung itu, mereka sepertinya terpuaskan dengan rasa bakso Cilandak. Tapi, Buncit tidak langsung percaya begitu saja. Justru sebaliknya, Buncit merasa sangat tertantang untuk mencicipi sendiri rasa bakso Cilandak. Lidah si Buncit udah melet-melet menahan rasa penasaran.

Akhirnya, setelah menunggu, satu mangkok bakso diantarkan di depan BakpaoBuncit. Si Bakpao sendiri memesan mie ayam (tanpa memakan ayam, Red). Harum kuah bakso langsung menusuk hidung, apalagi wangi daging yang keluar dari lima butir bakso di dalam mangkok. Benar-benar menggoda..!!!

Tanpa menunggu lama, Buncit langsung mengerahkan tenaga sekuat mungkin untuk mengambil sendok dan garpu. Pertama-tama, sebagai penggemar kuliner, tentu saja Buncit merasakan rasa kuahnya terlebih dahulu.

Ternyata memang benar, bakso Cilandak memiliki rasa yang amat sangat lezat.. Apalagi, saat bakso digigit, rasa daging begitu terasa. Ditambah dengan sambal yang pedas, rasa bakso memang patut direkomendasikan oleh duo BakpaoBuncit.

Sekali datang ke warung bakso Cilandak nggak akan merasa terpuaskan. Butuh berkali-kali, supaya Buncit merasa terpuaskan. Bakso Cilandak menjadi favorit warung bakso buat Buncit. Sayangnya, ukuran warung yang nggak begitu luas, membuat para pengunjung berdesak-desakan.

Seringkali, BakpaoBuncit harus rela beranjak dari tempat duduk karena ada pengunjung yang baru datang dan belum kebagian tempat duduk. Padahal, bakso ini belum sampe ke dalam perut. Baru sampe di tenggorokan..hehehe... Air keringat pun belum kering menetes ke wajah. Alhasil, BakpaoBuncit harus menunggangi Ara dalam keadaan berkeringat dan belum puas berleha-leha setelah memakan bakso yang pedas.

Tapi apa daya, demi memakan bakso Cilandak yang lezat, Buncit rela-rela saja dah... Dengan harga per porsi Rp 8 ribu saja, Buncit sudah merasakan lezatnya bakso Cilandak.. Yang penting enaaaaak..!!!

Buncit Recommendation...