Senin, 13 Desember 2010

Shiok! Singaporean Street Food, Pondok Indah Mal 1 Lt. 2, Jakarta Selatan

Icip-Icip Makanan Kaki Lima ala Singapura di Indonesia


Hello people, i'm back! *we're back actually;D* Setelah hampir dua bulan absen dari dunia 'persilatan' karena kesibukan yang mendera *halaaaah... alasan kuno!! hehehehe* ternyata duo kriwil kangen ngoceh di blog lagi! Well, sebenarnya kalau boleh jujur masih ada beberapa kisah perjalanan kuliner Bakpao-Buncit yang belum sempat di-share di sini. Nah, mulai hari ini Bakpao-Buncit bertekad untuk mengutak-atik memori otak dan memori komputer untuk menuliskan semua yang tersisa. Lagipula sayang kan kalau dipendam, nanti bulukan dan hilang di telan waktu, Hihihihi...

Resensi yang satu ini rada jadul, kejadiannya di bulan Ramadhan, sekitar Agustus lalu. Ceritanya teman-teman gank-nya Bakpao di SMA dan kuliah berencana ngadain buka puasa bersama yang rutin digelar tiap tahun. Si Bakpao sempat kesal karena kesulitan meng-arrange waktu untuk memenuhi janji buber dengan kedua kubu itu. Karena si Bakpao anti ribet, muncullah ide untuk menyatukan buka bersama antara gank SMA dan kuliah tersebut dalam waktu yang sama. Untung Bakpao jutek, jadi teman-temannya setuju deh! Hehehehe...

Demi keadilan bersama, melihat jarak dan letak tempat tinggal, akhirnya dipilihlah PIM sebagai tempat pertemuan sore itu. Tadinya sih tempat yang dipilih Bakpao dkk bukan di Shiok! Singaporean Street Food, tapi berhubung resto sasaran awal nggak bisa di-reserve, alhasil jumlah bangku yang tersedia tidak mencukupi. Untungnya, dua orang sahabat Bakpao berhasil mengambil alih meja di Shiok! untuk 13 orang (Bakpao, Buncit, Vey, Pipit dan pacar, Adelin dan pacar, Rahma dan suami, Eno, Chia, Danti, Ade) sebelum waktu berbuka datang.

Ohya, meskipun sudah sering melihat dan melewati resto ini saat berada di PIM, tapi hari itu pertama kalinya loh Bakpao-Buncit makan di Shiok! Tempatnya yang mungil mengakibatkan meja yang disediakan pun nggak terlalu banyak. Mungkin hanya cukup menampung 30-40 orang (perkiraan Bakpao). Sebenarnya yang membuat nyaman adalah nuansa teras yang Bakpao tangkap saat berada di Shiok! (meski nyatanya kami sedang berada di dalam mal;p). Saat Bakpao-Buncit tiba, nggak lama kemudian adzan Maghrib berkumandang. Sekilas melihat menu, makanan yang ditawarkan bernuansa oriental. Sempat pesimis akan rasanya, tapi seperti biasa, Bakpao-Buncit nggak mau berspekulasi sebelum mencicipi;)

Setelah scene cupika-cupiki, peluk-peluk kangen dan basa-basi usai, didorong rasa lapar yang teramat-sangat, Bakpao dan sahabat-sahabat segera memesan makanan utama (Bakpao melewatkan appetizer karena yang tersedia mengandung daging-dagingan semua). Kwetiau lada hitam dan teh manis hangat menjadi pilihan Bakpao, sementara itu si Buncit memesan Nasi Goreng Bebek dan teh manis hangat. Duan jenis makanan itu juga ikut dipesan oleh beberapa sahabat Bakpao. Sedangkan menu lainnya yang dipesan adalah Nasi Ayam Kuah dan fried lumpia isi sayur plus udang cincang.

Pada suapan pertama Bakpao sudah dapat menyimpulkan rasanya, Kwetiau Lada Hitamnya tergolong gurih, tapi untuk Bakpao rasa lada hitamnya kelewat dominan, pedas menyengat di hidung dan tenggorokan. Overall rasanya so so, nggak ada yang spesial! Menurut si Buncit, rasa nasi goreng bebeknya juga biasa saja. Potongan daging bebeknya sedikit, karena itu saat tergigit dan dikunyah bersama nasi goreng si bebek nggak berhasil menunjukkan jati diri kebebekannya deh! Hehehehe... Sahabat-sahabat Bakpao pun sependapat mengenai rasa makanan yang mereka pesan.

Untuk range makanan dibandrol kurang lebih Rp. 25.000 hingga Rp. 45.000, sedangkan minumannya mulai dari Rp. 10.000 sampai Rp. 20.000. Meskipun rasa sajiannya tak sesuai harapan, tapi suasana pertemuan dengan sahabat lama memang selalu menyenangkan. Prinsip Bakpao-Buncit adalah yang terpenting bukan dimana kita menghabiskan waktu, tapi dengan siapa waktu tersebut kita habiskan. Miss u all girls!!! See you soon, hopefully!!!

Bakpao Recommendation


Kamis, 23 September 2010

Nasi Bakar Tanjung Barat, Jl. Raya Tanjung Barat, Jakarta Selatan

Harum...Legit...Gurih Saat Dikunyah!

Bagi yang belum pernah mencoba mungkin bertanya-tanya, seperti apa ya rasa dan wujud nasi bakar itu? Sebagai makanan pokok, nasi memang memiliki banyak variasi olahnnya. Yang familiar antara lain nasi goreng, nasi kuning, nasi uduk, atau nasi timbel *hadeeeeh...karbohidrat yang satu ini memang enak nian, tapi sayangnya bikin badan cepet melaaar!!*.

Pengalaman Bakpao-Buncit melipir ke warung makan yang satu ini terjadi bukan secara kebetulan, melainkan sudah terencana. Sebagai pasangan yang biasa melewati jalan raya Tanjung Barat sebelah JORR TB. Simatupang, jujur saja kami merasa 'terusik', jiwa penikmat kuliner duo kriwil tak dapat menolak godaan untuk mampir ke sana. Bagaimana tidak, warung ini supeeeerrr rame!

Konon awalnya, Pendi sang pemilik warung hanya menjual nasi timbel biasa, namun beberapa saat kemudian ia berpikir untuk mencari hal baru yang unik dan tak biasa sebagai produk jualannya. Karena itulah, Pendi memutuskan untuk mengkreasikan nasi timbel tersebut dengan cara dibakar terlebih dahulu.

Pengolahan nasi bakar sebenarnya tidak terlalu rumit. Nasi yang telah dicampur bumbu olahan dibungkus daun pisang. Setelah itu dibakar sekitar lima menit di tungku besar hingga daun pisang mengering. Hasilnya di luar dugaan, produk hasil coba-coba itu ternyata memiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Bahkan banyak pelanggan yang mengaku bahwa rasa dan aroma nasi bakar ciptaan Pendi cocok di lidah, dan beda dari kreasi nasi pada umumnya.

Kesempatan icip-icip Bakpao-Buncit ke warung ini tepatnya datang saat buka puasa di awal Ramadhan. Setelah minum dan ngemil yang ringan-ringan di rumah Bakpao, barulah duo kriwil menyambangi warung nasi bakar ini untuk makan besar. Warung tenda ini buka mulai pukul 17.00 hingga dini hari, tapi biasanya sih menjelang pukul 19:00 pembeli sedang banyak-banyaknya, sehingga kerap kali menarik perhatian para pengguna jalan di sekitarnya.

Uniknya lagi, seluruh bahan makanan yang tersedia di sini hanya dapat dimasak dengan empat macam cara, yakni digoreng, dibakar, sambal merah dan sambal ijo. Tapi sayang, saat itu Bakpao-Buncit baru sampai warung mendekati pukul 21:00, jadi makanan yang tersedia sudah nggak terlalu lengkap!

Buktinya, si Buncit yang kepengin melahap bebek pun harus menahan rasa kecewa, karena bebeknya sudah ludes, hiks...hiks. Begitu pula dengan teman akrab si bebek, ayam, juga sudah habis! Akhirnya setelah 'bertapa' dan cemberut beberapa menit, si Buncit memutuskan untuk memesan Ikan Bawal Empang Goreng. Kali ini Bakpao sedikit lebih beruntung. Pasalnya sayur asem, tempe dan tahu yang biasa dipesan kalau duo kriwil mengunjungi warung bergenre kuliner Sunda masih lengkap tersedia. Hanya saja tempe dan tahu yang Bakpao pesan terpaksa cuma 'bermandikan' sambal merah karena sambal ijonya kadung habis! Tapi ada sisi baiknya juga sih, karena warung mulai sepi, malam itu duo kriwil bisa makan dengan tenang tanpa takut dipelototi pengunjung lainnya yang tengah mengantri kursi, he...he...he.

Satu hal yang paling Bakpao ingat dari wisata kuliner yang satu ini adalah aroma harum yang tercium saat daun pembungkus nasi bakar dibuka. Nasi yang bentuknya serupa dengan lontong atau lemper ini bagian luarnya garing, efek dari bakaran. Terasa kaku saat disuapkan ke mulut, lalu ketika Bakpao mengunyah perlahan-lahan, rasanya lebih gurih, lebih legit, lebih wangi dan lebih enak daripada nasi biasa.

Warna nasinya pun tak lagi putih, melainkan agak kecoklatan akibat proses pembakaran dan percampuran bumbu-bumbu, cantik banget! Kekecewaan Bakpao karena sambal ijo yang sudah ludes terbayar dengan kehadiran sambal merah yang ternyata ciamik rasanya. Sambal yang terlebih dulu ditumis dengan minyak sayur ini rasanya pedas-gurih, mantabh! Sayur asemnya sih so so, karena menurut lidah Bakpao rasanya kurang asam, huuuft!!:(

Si Buncit juga terpuaskan dengan rasa ikan bawal empang goreng pesanannya. Meskipun rasanya tak segurih ikan bawal air laut tapi hal itu berhasil disiasati dengan tambahan kremes-kremes gurih nan renyah yang ditaburkan di atas ikan. Pssst...tapi si Buncit nggak begitu suka dengan rasa nasi bakarnya loh! Menurut Buncit rasa nasi bakar itu agak aneh, hmmm...hal itu mungkin disebabkan karena aroma rempah-rempah yang memang agak menyengat dan mendominasi ya.

Untuk urusan harga, kalian nggak perlu merogoh kantong dalam-dalam, karena terhitung cukup murah. Nasi bakar dibandrol Rp 5.000 per porsi, sedangkan untuk ikan harganya beragam, tergantung besar kecil dan jenis ikan. Berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 27.000. Anda bisa memilih dari ikan baronang, bawal, gurame, kwe-kwe, patin, mujair, mas, hingga kerapu. Bagi yang tak suka ikan bisa memilih ayam atau bebek yag dibandrol Rp 15.000 – Rp. 17.000 saja. Berhubung ini pertama kalinya Bakpao-Buncit melahap nasi bakar, maka belum bisa membandingkan dengan yang lainnya. Berhubung Bakpao doyan dengan nasi bakar ini, jadi nggak kapok rasanya untuk balik lagi ke sana. Kalau si Buncit kelihatannya kapok tuh! Bagaimana dengan kalian???

Bakpao Recommendation