Rabu, 28 Oktober 2009

Ber'Pasta' Ria di Warung Pasta, Kemang

Bakpao ngga mau kalah ah sama si Buncit! Biar bisa bersaing, untuk resensi yang satu ini sengaja dipilih resto yang jenis makanannya merajai segenap relung jiwa dan raga si Bakpao!!! (hayoooo...lebay-an mana, si Bakpao atau si Buncit? Hehehehe..). Bahagia deh kalau udah ngomongin all about pasta, Bakpao cinta mati semati-matinya sama pasta! slruuuup...nyam...nyam! Ada satu resto spesialis pasta di kawasan Kemang. Lokasinya di pinggir jalan, aksesnya mudah.

Entah kenapa tiap kali duo kriwil lewat Kemang, resto yang satu ini selalu saja berhasil menarik perhatian (terutama perhatian Bakpao yang bisa leluasa tengok kanan-kiri, selagi si Buncit menatap lurus ke depan mengendalikan 'Ara' atau 'Ari' sang motor kesayangan-red). Alasannya, pertama karena nama resto ini singkat tapi mengena, 'Warung Pasta', that's it!!! Kedua, karena tempatnya selalu ramai, apalagi pas weekend, ampuuuuuun deh!!! (deskripsi: mobil berjejer di pinggir jalan bikin macet, parkiran motor penuh, dari luar terlihat kerumunan 'Anak Gaul Jakarta' berpakaian modis menyesaki bangunan 2 lantai yang lumayan mungil itu). Sumpah, bikin mata belo' Bakpao membelalak nyaris loncat! (kembali lebay, maaf ya kawan! ahahahahahk..)

Sejak pandangan pertama itulah bujuk-rayu pun Bakpao lancarkan, tapi sayangnya belum juga berhasil ngajak si Buncit icip-icip kesana (alasan: males muter ke kemang, penuh ABG kalau malam minggu, macet! Weeeekz..). Sampai akhirnya di momen ultah Bakpao Juli 2008 lalu, akhirnya si Buncit pasrah waktu Bakpao ajak makan disana.

Cahaya temaram (kalau ngga mau disebut remang-remang) nan romantis menyambut sejoli kriwil begitu membuka pintu. Sesaat setelah memilih tempat duduk di pojok lantai bawah dekat tangga, pelayan mulai menyodorkan menu. Pertama melihat ada deretan tulisan yang mencolok, tepatnya pada bagian atas menu. Terdapat sebuah petunjuk bertulisakan: Cara Makan: 1. Pilih sausnya 2. Pilih ukurannya 3. Pilih pastanya 4. Makan dengan nikmat. Woooow!!! One of a kind!! Benar-benar petunjuk yang berguna untuk siapapun yang pertama kali makan disana.

Merujuk pada petunjuk tersebut, sang pelayan mulai menjelaskan, dimulai dari beberapa jenis saus (lupa tepatnya) antara lain, saus krim jamur, bolognaise, keju-tomat, cream cheese. Untuk ukuran penyajian tersedia dalam ukuran kecil, sedang, besar. Sedangkan jenis pastanya adalah, spaghetti, fusilli (bentuknya keriting), penne (bentuknya seperti snack jet-z), fettucinni (mirip kwetiau), fresh papardelle (kwetiau versi lebaaar). Lalu untuk appetizer-nya yang spesial dan direkomendasikan pada Bakpao adalah rice cheese ball (bola nasi salut tepung dengan keju mozarella leleh di dalamnya). Oiya, cara memasak pastanya juga bisa dipilih loh, ditumis biasa atau dipanggang, atur aja sesuai selera, beres!

Setelah kedatangan pertama, tercatat duo kriwil beberapa kali kembali makan di Warung Pasta. Menu yang sudah pernah kami coba antara lain cesar salad, rice cheese ball, calamari, baked penne mushroom chunk, spaghetti bolognaise. Sabagai makanan pembuka 3 buah bola nasi memang cukup berat, tapi lelehan mozarellanya tak mudah dilupakan, nagih plus nyandu banget! Apalagi kalau dicocol dengan saus tomat dan sambal, beuuuuuh...ngga berasa tau-tau 3 'bola' itu sudah ludes masuk ke dalam perut ini, hehehehe.

Setiap kali makan di WarPas, Bakpao nyaris selalu pesan jenis pasta penne, saus jamur atau saus keju-tomat dan penyajiannya dipanggang. Tingkat kematangan pastanya pun tergolong pas, tidak terlalu keras juga tidak kelembekan (justru kalau aldente ala Italiano alias masih rada kres2 di bagian tengah Bakpao justru ngga suka, iiiiih!!!). Lalu karena memasaknya dipanggang, maka di bagian atasnya terhampar gundukan mozarella yang meleleh dengan cantik dan sempurna, damn! Rasanya creamy, gurih banget, tapi ngga bikin eneg. Jamurnya terdiri dari beberapa jenis seperti portobelo dan jamur kancing, teksturnya kenyal-kenyal, ditambah taburan oregano diatasanya, tampilannya ciamik! Saus keju tomatnya juga enak, asem dan gurihnya pas, saling melengkapi dan selalu saja menari-nari di lidah! Hmmmm...mammamiaaaaa lezatooos!!!hehehehe.

Secara keseluruhan rasa makanan di Warung Pasta ini enak, at least cocok lah sama lidah Bakpao walaupun memang tidak otentik Italia rasanya (apalagi kalau dibandingkan dengan resto Italia model fine dining). Harga makanannya terjangkau, berkisar antara Rp.10.000 – Rp. 25.000, ngga bakal bikin kalian melarat sebelum gajian tiba koq, dijamin! Selain ada fasilitas hot spotnya, di hari Sabtu - Minggu Warung Pasta ini buka dari pagi sampai jam 5 Subuh. Kalau males waiting list and ngga mau acara makan kalian terganggu dengan cekikikan dan jeritan-jeritan histeris para ABG yang ngga penting, saran saya sih datanglah di hari kerja, malam-malam juga asyik koq suasananya, yang penting jangan pas weekend yaaaaa!!! *Salam pecinta pasta sejati!!!*

Bakpao Recommended

Kamis, 22 Oktober 2009

detikcom : 1.500 Blogger Siap Serbu Jakarta

title : 1.500 Blogger Siap Serbu Jakarta
summary : Lebih dari seribu blogger diperkirakan siap menyerbu kota Jakarta, pada Sabtu (24/10/2009) mendatang. Ada apa? Untuk menghadiri Pesta Blogger 2009. (read more)

Sate Kambing dan Tongseng Kambing Toni Cirebon (Jagakarsa, Jakarta Selatan)

Untuk rekomendasi yang satu ini, Buncit benar-benar menulis dari dalam hati dan perut (lebaydotcom). Pasalnya, si Buncit yang penyuka daging-dagingan khususnya sate dan turunannya, merasa sangat terpuaskan dengan rasa yang disodorkan di rumah makan Sate Ubin. Kalau Pak Bondan bilang, Ma'nyuuuuss....Buncit bilang, Mantaaaabh...!!!

tempatnya sendiri nggak terlalu jauh dari stasiun Lenteng Agung atau pasar Lenteng Agung. Dilihat dari pinggir jalan, ada plang yang berukuran nggak begitu besar bertuliskan Sate Toni Cirebon. Rumah makan Sate Ubin memiliki parkir yang cukup luas, dan ruangan yang cukup besar. Kalau mau ngajak teman-teman, lumayan nyaman loch. Tinggal gabungin aja beberapa meja jadi satu, langsung deh makan tuh macem2 masakan sate sekaliang kongkow bareng..

soal masakan, jangan tanya deeeh... Kalau Buncit udah rekomendasiin, pasti dijamin mantaabhhh... Sebagai penikmat sate, Buncit sedikit banyak tau tentang bagaimana membedakan rasa sate yang mantaaabh atau nggak. Beberapa penjual sate yang terbilang 'gagal', bisa dirasakan dari satenya itu. Khusus untuk sate kambing, bau menyengat daging kambing cukup sulit untuk dihilangkan. Apalagi untuk dibuat sate. Penjual sate 'gagal', tercium dari bau daging kambing yang masih menyengat meski sudah dibakar sampai matang (Buncit paling nggak suka nih...). Begitu juga dengan masakan tongseng. Kalau masih tercium aroma kambing yang terlalu menyengat, maka Buncit dengan yakinnya (sambil geleng-geleng kepala tanda sok tau) memvonis penjual sate itu telah mengalami kegagalan.

Selain itu, menurut Buncit, sate kambing yang mantaaabhh itu seharusnya benar-benar pure daging, bukan dicampur dengan banyak gajih atau sejenisnya (kalau dimakan, suka ada yang nempel di dinding mulut atas hiiii...). That's why, Buncit sangat suka dengan sate kambing Ubin. Semua kriteria penjual sate 'gagal' nggak bisa ditemuin di sini.. dengan irisan daging kambing yang cukup tebal, Buncit merasakan daging kambing yang super duper lezat.. Harganya memang sedikit di atas rata-rata sih, Rp 20 ribu per 10 tusuk sate kambing. Tapi Buncit nggak merasa menyesal mengeluarkan uang segitu karena merasa terpuaskan dengan sate kambing yang dihidangkan.

Selain sate kambing, Buncit juga benar-benar terpuaskan dengan tongsengnya.. Irisan daging kambing yang tebal dipadu dengan kuah pedas yang cukup kental, selalu membuat perut ini makin membuncit.. beruntungnya bagi Buncit, karena dapat tambahan beberapa irisan daging kambing yang tentu saja tak bisa dimakan Bakpao (kalau dipikir-pikir, apa enaknya ya jadi vegetarian kalau banyak makanan berdaging lezat begini..hehehe). Harganya pun cukup terjangkau kok, cuma Rp 18 ribu, Buncit udah bisa pulang dengan perut yang makin membesar.. Benar-benar mantaaabhh...

Buncit Recommendation..

Kamis, 15 Oktober 2009

“Sour Sally” Frozen Yoghurt Boutique...

Selama kurang lebih 23 tahun si Bakpao mengenal yoghurt sebagai minuman sehat yang rasa dan penyajiannya flat alias gitu-gitu aja. Rasanya buah-buahan atau original, cara minumnya kalau nggak dituang ke dalam gelas ya dinikmati langsung dari botol kemasannya. Nah...itulah sebabnya si Bakpao bahagiaaaaa banget begitu demam frozen yoghurt (froyo) melanda tanah air tercinta (diucapkan dengan suara menggelegar dan rasa nasionalisme yang membara, hehehehe...lebay!) setahun belakangan ini. Selain karena jenis yoghurt yang lebih dulu tenar di Amerika ini creamy mirip es krim, sekaligus juga bisa diberi topping dan makannya pake sendok!! (horeeeeee...setelah bertahun-tahun boseeeeeen bangeeeeeeet 'menenggak' yoghurt cair dari botol kemasan!!!).

Didorong rasa penasaran dengan sedikit merengek (tanpa guling-gulingan di lantai ya! ;p) Bakpao membujuk siBuncit menemani icip-icip ke Sour Sally, kebetulan gerai terbarunya buka di Pejaten Village (lumayan deket lah dari rumah si Bakpao, ketimbang harus ke toko mereka yang di Senayan City atau fx).

Etalase yang “ memamerkan” deretan topping langsung menghadang duo kriwil ini sesaat sebelum melangkah masuk. Di bagian kiri depan beberapa macam buah segar seperti kiwi, strawberry, kelengkeng sukses membuat Bakpao mupeng. Ditambah lagi saat mata melirik ke bagian kanan, potongan moci berwarna pink dan hijau, almond hingga choco chip dengan tangkas mencolek-colek lidah untuk segera dilahap. Bakpao yang awalnya excited lama-lama malah jadi bingung ketika para pelayan yang murah senyum menawarkan berbagai jenis froyo plus topping yang tersedia (asli, ketahuan banget deh cupunya! Mba n mas yang berdiri di belakang etalase sempat mesem-mesem, tapi Bakpao cuek! Ya namanya juga new beginner dalam dunia per'froyo'an, boleh dong ling-lung! Wekekekek).

Akhirnya setelah mulut capek komat-kamit baca menu yang tergantung di dinding, si Bakpao mesan original yoghurt ukuran single dengan 4 topping; strawberry, kiwi, almond dan mochi pink berbandrol Rp. 45.000++. Suapan pertama meninggalkan sensasi yang lumayan mengesankan dan baru, teksturnya benar-benar lembut mirip es krim, perpaduan keempat toppingnya juga ciamik, hanya saja menurut si Bakpao rasa asamnya kurang nampol (padahal si Buncit udah berkali-kali memicingkan mata sambil berbisik, “aseeeeem banget!!!”). Oiya, di dasar froyo itu ternyata ada es serut plus susu kental manisnya, tapi Bakpao nggak tahu apa alasannya, karena jujur saja dua elemen itu rasanya cenderung nggak nyambung saat dikombinasikan dengan froyo dan toppingnya! Mungkin itu juga penyebab yoghurt yang Bakpao pesan jadi terasa kurang asam saat mendarat di lidah ya?! (di next kunjungan nanti si Bakpao tanyain deh ke mas-mas atau mba-mbanya, apa alasan mereka nambahin es serut n susu kental manis itu?).

Hmmmm...buat yang pengin menikmati yoghurt dengan cara beda sih patut mencoba lah froyo yang satu ini, not bad at all. Sebagai penggila makanan-minuman asam Bakpao cuma bisa bilang satu kata setiap ingat suap demi suap froyo dari Sour Sally ini, heavenly...

Bakpao Recommendation

Selasa, 06 Oktober 2009

Mie Ayam Depan Bank Danamon (Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat)


Sate Madura, udah pasti jadi jaminan lezatnya sebuah masakan. Tapi orang Madura yang satu ini justru bukan menemukan kesuksesan sebagai seorang pedagang sate. Dia bisa meramu mie ayam, yang menurut si Buncit lumayan enak. Mieeeee ayaaaam (dengan gaya teriak gaya sateeee khas orang Madura)…

Sejak si Buncit pindah kerja ke gedung Bimantara (sekarang HighEnd Building, Red), mie ayam itu udah menjadi langganan. Ya minimal seminggu, 2 atau 3 kali makan. Awalnya, si Buncit bingung tuh bapak si tukang mie ayam kok nggak ngikutin jejak para nenek moyangnya yang jadi tukang sate ya. Kok pede amat dia jadi tukang mie ayam. Tapi setelah nyobain rasa mie ayam bikinan bapak itu, ternyata lumayan enak loh.

Bumbu minyak dan mie yang direbus bikin perpaduan rasa yang ciamik. Mie-nya sangat terasa pas matangnya. Setau Buncit, sebagian tukang mie ayam sering kecolongan saat memasak mie. Mereka terkadang terlalu lama mendiamkan gumpalan mie itu di dalam panci. Akibatnya, mie jadi terlalu mateng dan lembek saat dikunyah di mulut. Tapi si Bapak Madura (maaf, walaupun Buncit udah 3 tahun sering makan mie ayam depan Danamon, tapi nggak pernah tau nama bapak yang perawakannya mirip pelawak Alm. Gepeng itu..hehehe..) itu cukup cekatan dalam memasak mie. Bener-bener pas matengnya.

Bukan cuma itu aja ya, perpaduan bumbunya juga terasa gurih di lidah. Nggak keasinan, pokoknya bener-bener pas deh. Satu atau dua sendok sambel sebagai penambah semakin memantapkan rasa mie ayam Madura itu. Apalagi ditambah dengan pangsit goreng yang renyah (Buncit suka nyolong pangsit goring ini kalo udah selesai makan mie ayam ini..).

Tukang mie ayam ini gak punya warung buat menetap. Dia Cuma mangkal setiap sore dari jam 5, sampe malem sekitar jam 9 malem. Jangan bilang-bilang ke Pol PP ya, soalnya tukang mie ayam ini Cuma mangkal di trotoar persis di depan Bank Danamon, Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Trotoar yang biasa buat jalan kaki, hampir susah dilewati kalo Anda melewati trotoar depan Bank Danamon. Pasalnya, setiap sore, kerumunan orang udah mulai terlihat. Mereka biasanya sudah mengantri membeli mie ayam buat mengganjal perut sebelum pulang ke rumah.

Dengan harga Cuma Rp 7000, mie ayam ini tergolong murah. Dengan semangkuk mie ayam yang dilengkapi dengan ayam, bakso (biasanya si Buncit dapet tambahan potongan ayam dan bakso dari si Bakpao yang vegetarian…hehehe), pangsit basah dan pangsit goring, perut ini perlahan tapi pasti mulai bentrok dengan celana yang terasa makin ketat.

Biasanya pasangan Buncit dan Bakpao sengaja makan mie ayam ini tiap jam 5 sore menjelang maghrib. Dua keriwil ini pun harus sigap mencari dua bangku plastic kosong berebut dengan beberapa orang lainnya. jika beruntung, Buncit dan Bakpao makan mie ayam sambil melihat lalu lalang kendaraan di jalan Kebon Sirih yang macet saat jam pulang kantor (sambil dengan congkak bilang dalam hati; “Daripada macet-macetan, mending nunggu jalanan sepi sambil makan mie ayam. Ha..haha.. J)

Buncit Recommendation

Profil Si Bakpao

Si Bakpao Bermuka Asem yang Vegetarian

Holaaaaa...kenalin gue Citra Andinna aka Bakpao, cewek kriwil bermuka asem (penyebabnya: hobi uring-uringan plus jarang senyum). Gue suka makan tapi males ngunyah, sering takjub ngamatin orang-orang yang makan dengan lahap, suka mengkhayal soal makanan apalagi pasta, mulai suka masak juga! (pamer.com! d(^_^)b). Terus kenapa dong gue sampe dijuluki 'Bakpao'? (weeeeits...jangan salah sangka! si Bakpao ini ngga sebulat bakpao loh! Kalo putihnya boleh lah! ahahahahak). Semua ini ulah si Buncit kekasih hatiku nan kriwil menawan, konon menurut pengamatan beliau ada salah satu bagian tubuh Bakpao yang mirip sama bakpao (silahkan diimajinasikan sendiri deh guys, apakah itu?! @_@).
Hmmm...ngomong-ngomong soal makanan atau berburu tempat makan lumayan riweuh loh guys! Soalnya udah 8 tahun terakhir ini Bakpao mengukuhkan diri sebagai seorang lacto-ovo vegetarian (ngga makan daging-ayam-ikan, cuma melahap telur-susu dan produk turunannya). Kebayang dong, Buncitqu yang pecinta daging-dagingan (lebih tepatnya pemakan segala), harus kompromi ngubek-ngubek tempat makan yang paling ngga ada menu tahu-tempe-jamur-telur dkk. Nyusahin, tapi itulah jalan hidup yang udah Bakpao pilih dan akan terus dijalani, kekeuh-jumeukeuh-werekekeuh! (mungkin udah setara dengan kepercayaan gitu ya?! huukz..huukz..lebay!). Kalo Bakpao-Buncit mulai kehabisan ide, mati gaya and berakibat Bakpao dirundung rasa bersalah, biasanya Bakpao ikhlas loh makan nasi dengan kuah (paling sering: nasi-kuah soto ayam, lontong-kuah tongseng). Ya...walaupun ribet plus punya keterbatasan dalam mencicipi jenis makanan tapi semangat bacpacking kuliner Bakpao ngga pernah surut! Disitulah seninya!!! (selama masih bisa nyicip bumbu atau kuahnya no problemo, jalan teruuuuuus!!!). Selamat menikmati petualangan kuliner Bakpao (si lacto-ovo vegetarian) and Buncit (si pemakan segala), percaya deh ngga ada titiknya!!!

Cerita si Buncit Memamah Biak (Buncitsaurus)…


Hai semua…!!! Salam kenal (sok kenal ya..hehe..) Kenalin nama gw Fajar Aryanto, SE. (I’m so proud of my almamater, IPB..hehe) Panggilan gw adalah Buncit. Untuk seterusnya kata gantinya pake Buncit aja ya..

Nama panggilan Buncit mulai menjadi kebiasaan setelah cewek keriwil di sebelah gw ini memanggil dengan panggilan sayang Buncit. Resminya sih beberapa bulan setelah kita berdua meresmikan hubungan sebagai sepasang kekasih (haiiyaah… J). Gak usah ditanya kenapa gw dipanggil Buncit. Kalo udah liat gimana penampakan gw, pasti tau alasannya. (gambaran : Perut yang membusung ke depan, tapi pergelangan tangan dan kaki kecil..hehehehe..) Eits, tapi jangan salah sangka dulu. Gw bukan punya penyakit busung lapar loh (tapi kalo cacingan, gak tau deh..hehehe). Si Buncit ini punya kebiasaan dan hobi makan banyak.

Logikanya, kalo orang makan banyak pasti gendut semua bagian tubuhnya ya, tapi si Buncit ini malah yang membesar tuh cuma perut tok… bayangin aja sendiri gimana bentuk aneh badan ini. Tiapkali jalan, tetesan keringat pasti menempel di wajah, dan hampir seluruh badan. Kalo dipikir-pikir, berasa bawa karung setengah kuintal beras di bagian depan..(berat cuy…)

Baru jalan kaki sepanjang 10 meter aja, keringet udah hampir setengah ember.. Betis pun udah mulai goyah menahan beban teramat berat. Mata udah mulai sibuk mencari barang apapun yang kuat buat jadi tempat duduk, sekedar mengambil nafas dan meminum 1 liter aqua sekaligus (berasa di padang pasir, paaak)..

Hobi si Buncit tentunya adalah memamah biak alias ngunyah, ya nggak jauh beda ama sapi lah. Cemilannya bukan makanan kecil yang nggak mengenyangka loh, tapi makanan besar…(Ha..ha..ha..penampakan : tertawa sembari mulut terbuka lebar siap untuk melahap makanan)

Setiap 2 jam sekali, perut si Buncit udah bersenandung layaknya sebuah orkestra lengkap pimpinan Adhi MS. Mungkin di dalam perut sana, sekelompok cacing udah berkumpul dan berdemo sambil berteriak minta makan. Repot juga ya melihara cacing yang laper terus (cacing : “kok gw yang disalahin ya?!!). Nggak heran, hobi mencari makan yang enak dengan porsi besar hampir setiap hari dilakuin. Prinsip si Buncit adalah, makanlah yang banyak sebelum makan itu dilarang…

Berdasarkan pengalaman itu, si Buncit yang bekerjasama dengan si Bakpao merekomendasikan beberapa menu makanan dari berbagai tempat yang dirasa memang memenuhi selera Buncit dan Bakpao.. Semoga rekomendasi ini juga memenuhi selera Anda semua yang membacanya..

Selamat makan,,, Bon Appetit.. J