Rabu, 09 Juni 2010

Sate Tegal Ibu Tri, Jalan Taman Margasatwa 8 Ragunan, Jakarta Selatan

Wow, Sate Tegal Tanpa Lemak yang Dihidangkan di Atas Hot Plate!

Eits, jangan bosan kalau si Buncit membahas soal sate lagi. Mungkin kamu masih ingat dengan postingan terdahulu tentang sate Toni yang letaknya di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Nah, kalau sate Toni itu kan termasuk tipe sate asli Cirebon. Jadi, Buncit berpikir bahwa genre Sate Toni dengan Sate Ibu Tri memang beda. Apalagi, Ibu Tri menjual Sate asli Tegal.

Dengan bermodalkan itulah, pasangan Bakpao-Buncit memantapkan niat untuk makan di Rumah Makan Sate Tegal Ibu Tri, tepat di pinggir jalan Taman Margasatwa Nomor 8, Jakarta Selatan. Sangat mudah menemukan rumah makan ini. Pasalnya, papan nama rumah makan berukuran cukup besar. Sehingga jelas terlihat dari jauh saat melintas di jalan Taman Margasatwa ke arah Ragunan. Tempat persisnya sebelum perempatan besar TB Simatupang dan Ragunan.

Malam hari di saat pulang kantor menjadi waktu yang tepat bagi pasangan Bakpao-Buncit untuk sekedar mengisi perut di rumah makan ini. Apalagi, saat itu selepas hujan mengguyur sebagian besar kota Jakarta.

Ketika memasuki rumah makan, suasananya ternyata seperti rumah sendiri (haiyyaah, kayak punya rumah aja nih..). Ruangan di dalam cukup luas, sehingga mampu menampung sekitar 20-an meja yang berukuran sedang. Oya, sate di sini dinikmati dalam kondisi remang-remang, loh (tapi ini bukan warung remang-remang).

Di atas masing-masing meja terdapat lampu bohlam bergelantungan yang dibungkus dengan rotan. Persis di rumah-rumah zaman baheula...

Tanpa berpikir panjang, Bakpao-Buncit langsung membaca menu yang sudah diberikan oleh pelayan. Pelayannya juga cukup tanggap. Saat Bakpao-Buncit hendak duduk di kursi, si pelayan itu langsung menghampiri dengan membawakan dua menu sekaligus.

Bakpao-Buncit lantas memutuskan untuk memesan menu sate kambing, tongseng kambing, sepiring nasi dan lontong, serta dua gelas es teh manis. Seperti biasa, si Bakpao yang katanya vegetarian cuma akan memakan kuah tongseng beserta lontong (wakakaka... daging kambingnya tetap buat si Buncit).

Selang beberapa menit kemudian, datanglah pelayan membawakan dua gelas es teh manis sebagai penghilang dahaga. Astagaaaa....!!! Dua pasang mata Bakpao-Buncit terbelalak saat melihat ukuran gelas es teh manis yang dihidangkan. Ukurannya gedee bangeeet... Lebih besar ketimbang gelas yang biasa dihidangkan di rumah makan lainnya. Rasa terkejut dibarengi dengan kepuasan sih sebenarnya. Soalnya, Bakpao-Buncit memang termasuk orang-orang yang membutuhkan minuman dalam jumlah banyak, setelah makan. Jadi, nggak nyesel sih dengan harga Rp 3.500 per gelas, puaaaass...

Nggak beberapa lama kemudian, datanglah hidangan utama yang sangat dinanti oleh cacing-cacing di perut Buncit. Rasa terkejut kembali dirasakan si Buncit. Soalnya, sate kambing yang dipesan tidak ditaruh di atas piring. Melainkan di atas hot plate, persis seperti penyajian steak... Buncit menelan ludah berkali-kali, setelah melihat kepulan asap yang masih keluar dari sate. Wow, benar-benar menggairahkan! (mungkin itu ucapan yang keluar dari Ariel Peterporn,,hehehe,, Peace kang Ariel).

Bumbu kecap, sambal beserta bawang merah mentah dipisahkan di atas piring-piring kecil. Benar-benar profesional dah nih rumah makan!!

Saatnya menyantaaaaaaap..!!! Dilihat dari penampilan, sate kambing ini tidak menampakkan sisi-sisi gosong akibat terkena api. Wah, mungkin karena dibakarnya dengan menggunakan hotplate dan tidak dibakar langsung di atas bara api. Jadi, nggak ada tuh daging-daging hitam yang renyah saat dikunyah. Kendati demikian, sate ini matang kok walaupun nggak dibakar di atas bara api.

Hebatnya lagi, sate kambing Bu Tri tidak dihiasi dengan lemak atau gajih sama sekali. Benar-benar mantaaaabh...!! Cuma satu salahnya saat itu, kenapa Buncit cuma memesan 5 tusuk aja??! Harusnya pesan 10 atau 20 tusuk sekalian..wakakakaka... Sebagai info, si Buncit sengaja memesan 5 tusuk sate kambing karena bertugas untuk menghabiskan daging kambing yang ada di dalam tongseng. Untuk 5 tusuk itu, harga yang harus dikeluarkan sebesar Rp 12.500. Jadi untuk 10 tusuk daging kambing, harganya Rp 25.000.

Sedangkan, untuk menu tongseng kambingnya, rasa kuah memang sedikit manis. Bila dibandingkan dengan tongseng Toni, tentu saja jauh berbeda. Dari rasa inilah, Buncit mampu menganalisis dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. “Wah mungkin karena tongseng ini berasal dari Jawa, jadi terasa sedikit manis!!” penilaian si Buncit fantastis, bukan?!

Satu porsi tongseng kambing dihargai Rp 22.000, harga ini cukup memuaskan dengan rasa yang ditawarkan. Setelah melahap habis menu makanan itu, Bakpao-Buncit juga merasa puas dengan gelas teh manis yang disuguhkan. Dengan porsi besar, perut si Buncit semakin bertambah buncit pada malam itu. Kalau begini rasanya, Bakpao-Buncit benar-benar merekomendasikan rumah makan ini kepada kalian. Okeeeelah kalau begituuuu... (salam dari warteg boys...!!)

Buncit Recommendation

1 komentar: