Senin, 18 Januari 2010

Ketupat Sayur Mandala – Jalan Buncit Raya, Jakarta Selatan


‘Kecanduan’ Ketupat di Malam Hari…

Percaya nggak, tiap melintasi Jalan Buncit Raya, kepala Bakpao nyaris selalu menoleh ke kiri? (hehehe…pasti kalian pada mikir, pegel banget ya lehernya kalau noleh terus?). Hmmm…ya nggak sepanjang jalan juga siy, Bakpao cuma rela berlama-lama menoleh ke sebuah warung pinggir jalan bernama ‘Ketupat Sayur Mandala’. Kalau kalian dari arah Kuningan, letak warung makan ini ada di sebelah kiri sebelum lampu merah pertigaan duren tiga, seberang KFC.
Alasannya Bakpao segitu excitednya menoleh ya karena selalu disuguhkan pemandangan yang sama tiap kali melintasi jalan itu. Di bawah guyuran sinar bulan gerobak yang tiap sisinya dipenuhi ketupat bergelantungan itu secara singkat langsung dirubung oleh para pembeli, di atas jam 8 malam. Saking penuhnya, saat ingin mencari tahu, sambil diajak ngebut si Buncit, mata Bakpao dipaksa bekerja keras menembus kerumunan para nokturnal alias “manusia malam” yang tampak kelaparan. Mereka, baik yang bermobil ataupun bermotor, bersepatu mengilat atau bersandal jepit, berkemeja ataupun berpiyama, nyatanya sanggup berbaur jadi satu.
Bakpao semakin bertanya-tanya, kenapa ya ketupat sayur yang satu ini bisa laris-manis, di malam hari pula? Padahal kan selama ini ketupat sayur identik dengan makanan di pagi atau siang hari. Weeeekz…apa enaknya makan ketupat sayur di malam hari? Beneran deh, waktu itu Bakpao nggak habis pikir!
Sampai akhirnya selepas deadline jelang dini hari, Buncit ngajak Bakpao mampir ke sana. Selain karena lapar akut akibat melewatkan jatah makanan deadline yang tak sesuai selera, Bakpao ingin segera menumpas rasa penasaran yang kian gengges (baca: ganggu!) dari hari ke hari.
Baru melangkah masuk ke dalam, aroma kuah ketupat sayur sudah terendus, membombardir hidung, hmmmm…jadi tambah lapar! Tapi sayang, liur yang mulai menetes berbarengan datangnya dengan keringat yang menghiasi jidat jenong si Bakpao (bangga euy punya jidat jenong, wekekekekek!).
Sumpek dan gerah, itulah kesan pertama yang Bakpao tangkap di kunjungan perdana. Ya…jujur saja lumayan bikin ilfeel siy waktu itu, tapi anehnya para penikmat kuliner lainnya tampak sama sekali tak terganggu dengan hal tersebut. Dengan keringat bercucuran, mereka terlihat tetap menikmati potong demi potong ketupat di hadapannya. “Hmmmm…kalau mereka sampai nggak peduli kegerahan dan duduk berdempetan di dalam tenda itu, it must be a gorgeous food!” sinis Bakpao.
Di dalam daftar menu, terlihat beberapa padu padan ketupat dengan lauk-pauk yang bisa kita pilih. Ada beberapa pilihan, antara lain, ketupat+tahu+telur, ketupat+daging+tahu, ketupat+ayam+tahu, hingga ketupat+ampela+tahu. Tentu saja saya yang lacto-ovo vegetarian ini memilih tahu-telur, sedangkan buncit masih setia dengan ayam sebagai lauk favorit. Bagi kalian yang pure vegetarian, menu ketupat+tahu pun tersedia loh! Saat pelayan membawakan pesanan kami, Bakpao sempat kaget melihat porsi ketupat yang disajikan, PORSI KULI!!! Belum lagi belakangan sepiring penuh kerupuk dan segelas the hangat ikut dihantarkan, perfect! Konon warung ini beroperasi dari pukul 9 malam sampai pukul 5 subuh, WOOOW!
Perasaan underestimate Bakpao terhadap kualitas kuliner yang satu ini sekejap hilang, saat kuah yang gurih pedas tapi tidak makhtekh itu sukses memenuhi rongga mulut, gorgeous!. Potongan ketupatnya juga terasa lembut dan pulen, klimaksnya, ternyata menurut si Buncit ayamnya juga sangat empuk dan bumbunya meresap, bravo! Harga kuliner pinggir jalan berkualitas sangat baik ini dipatok mulai dari Rp. 5.000 – Rp. 18.000, jika sepiring kerupuk dirasa masih kurang, kalian bisa kok menambahkan sebungkus rempeyek kacang atau teri, dengan menambah Rp. 1.000 saja.
Sssssssssst…ternyata makan ketupat sayur di malam hari nyandu loh, terbukti hingga kini BakpaoBuncit sudah lebih dari 5 kali ‘bersantap dini hari’ di tempat ini. Sambil makan dengan lahap, sesekali duo kriwil ini ‘menikmati’ kegerahan dengan saling mengelap keringat yang berjatuhan, romantiiiiiiis kan!!! hehehehehe…
Bakpao Reccomendation

Rabu, 06 Januari 2010

Warung Indomie Abang Adek, Roxy Jakarta Barat


Peringatan awal BakpaoBuncit : Menu makanan ini hanya untuk para pencinta makanan pedas dan pedas banget. Makan Indomie pedes mampus-nya Abang Adek dapat menyebabkan air keringat bercucuran, sakit perut melilit, dan buang-buang air pada keesokan paginya... Waspada..Waspadalah..!!!

Malam itu, duo keriwil tengah mengalami kebosanan yang teramat sangat.. Sepulang kantor, tak ada kegiatan lain yang mampu menghilangkan kebosanan selain menjelajahi dunia kuliner ibukota Jakarta.. BakpaoBuncit sebagai penggemar pedas tentunya merasa penasaran dengan edaran surat eletronik yang mempromosikan warung indomie Abang Adek di daerah Roxy, Jakarta Barat.
Akhirnya, malam itu menjadi kesempatan BakpaoBuncit untuk sekedar mencicipi masakan yang dibilang indomie pedes mampus itu.. “Ah, lebay nih kayaknya email ini,” ujar Buncit dengan congkaknya. Dengan bermodalkan keberanian sekaligus sedikit rasa sombong, Buncit mengajak serta Bakpao untuk menunggangi Arashi kesayangan ke arah Roxy.. Kurang dari setengah jam perjalanan, BakpaoBuncit akhirnya sampai juga di tempat yang dituju. Tempatnya ternyata mudah untuk ditemukan. Warung Abang Adek letaknya di belakang Roxy Mas. Hampir semua orang di daerah situ, pasti sudah tahu tempat warung Indomie Abang Adek yang buka dari pukul 15.30-03.00 subuh setiap hari.
Posisi warung Abang Adek persis di pertigaan (orang fengshui bilang 'tusuk sate'). Tulisan Warung Abang Adek sudah terlihat jelas dari kejauhan. Apalagi, suasana warung yang terlihat lebih ramai ketimbang di sekelilingnya yang sepi layaknya perumahan.. Saat kali pertama datang, si Buncit dikelilingi rasa penasaran yang terus menghantui. Benar-benar sebuah tantangan (hati Si Buncit berkata demikian).
Akhirnya si Buncit memesan Indomie rebus yang pedas. Konon, ada tingkatan rasa kepedasan dari indomie Abang Adek. Ada yang rasa pedas sedang, pedas, dan pedas mampus. Berhubung, BakpaoBuncit baru pertama kali datang, dan demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, maka BakpaoBuncit harus menahan dulu keegoisannya. Si Bakpao memesan yang rasa pedasnya sedang-sedang saja (mirip lagu siapa ya, yang sedang-sedang saja???), sedangkan si Buncit memesan yang benar-benar pedas, satu tingkatan di bawah pedas mampus.
Beruntung bagi BakpaoBuncit, karena mendapatkan kursi yang tak jauh dari gerobak tempat dibuatnya indomie. Selama menunggu pesanan, si Buncit memperhatikan dengan sesama cara pembuatan Indomie Abang Adek. Ternyata sama saja pembuatannya. Cuma bedanya adalah, si Abang (pembuatnya, Red) memasak indomie di atas sebuah mangkok yang terlebih dahulu telah dimasukkan cabe rawit merah.
Tidak tanggung-tanggung, cabe rawit merah yang telah direbus sebelumnya dimasukkan ke dalam mangkuk dalam jumlah yang cukup banyak. Kemudian si Abang langsung menguleknya dengan semangat yang menggelora (sepertinya si Abang ini punya semangat '45 seperti pahlawan kita tempo doeloe). Mangkuk si Buncit diisi dengan sekitar 20 cabe rawit merah, sedangkan mangkok si Bakpao diisi 8 cabe rawit merah (bayangin, betapa pedasnya tuh).
Selain ditambah cabe rawit merah yang super pedas, si Abang juga menambahkan daun sawi dan telor ke dalam hidangan indomie tersebut. Tak hanya itu saja, bagi yang suka kornet, maka kornet yang terlebih dahulu sudah digoreng ditambahkan di atas hidangan indomie. Bagi si Bakpao yang vegetarian, tentu saja kornet 'haram' untuk dimakan (komentar si Buncit : kornet enak kok ditolak ya?? ada-ada saja vegetarian ini..hehehe).
Saat dihidangkan di meja, butiran keringat sudah menetes. Detak jantung berdebar kencang, membayangkan betapa pedasnya indomie Abang Adek (walaupun sedikit lebay, tapi itu yang benar-benar terjadi loch..). Sebagai persiapan, segelas es teh manis sudah bersiap melawan rasa pedas di dalam mulut.
Satu sendok berisi kuah indomie bersiap masuk ke mulut. Ternyata, rasanya ampuuuuuuun pedas bangeeeeeet....!!!! (Gila ya orang nih yang bikin, nggak kira-kira bikin indomie pedesnya ampun-ampunan..) Sesendok kuah indomie langsung berakibat satu liter keringat yang mengucur di seluruh wajah. Karena terus tertantang untuk menghabiskan satu mangkok indomie, si Buncit dan Bakpao tanpa menunggu lama segera menghabiskan indomie seharga sekitar Rp 9 ribu itu.
Selama memakan satu mangkok indomie Abang Adek, duo keriwil tak pernah berhenti memproduksi air keringat (kalau ditampung, satu ember kecil bisa penuh dengan air keringat tuh...lebay.com). Segelas es teh manis pun dirasa tidak cukup untuk menghilangkan rasa pedas yang teramat sangat. Sebagai pencinta makanan pedas, BakpaoBuncit justru merasa puas dengan hidangan indomie Abang Adek.. Bahkan dua sejoli ini berjanji akan kembali dan kembali lagi setelah rasa sakit perut yang melilit ini selesai..

P.S : Selama dua hari berturut-turut, perut si Buncit masih terasa sakit dan terus-terusan buang air...
Buncit Recommendation