Kamis, 23 September 2010

Nasi Bakar Tanjung Barat, Jl. Raya Tanjung Barat, Jakarta Selatan

Harum...Legit...Gurih Saat Dikunyah!

Bagi yang belum pernah mencoba mungkin bertanya-tanya, seperti apa ya rasa dan wujud nasi bakar itu? Sebagai makanan pokok, nasi memang memiliki banyak variasi olahnnya. Yang familiar antara lain nasi goreng, nasi kuning, nasi uduk, atau nasi timbel *hadeeeeh...karbohidrat yang satu ini memang enak nian, tapi sayangnya bikin badan cepet melaaar!!*.

Pengalaman Bakpao-Buncit melipir ke warung makan yang satu ini terjadi bukan secara kebetulan, melainkan sudah terencana. Sebagai pasangan yang biasa melewati jalan raya Tanjung Barat sebelah JORR TB. Simatupang, jujur saja kami merasa 'terusik', jiwa penikmat kuliner duo kriwil tak dapat menolak godaan untuk mampir ke sana. Bagaimana tidak, warung ini supeeeerrr rame!

Konon awalnya, Pendi sang pemilik warung hanya menjual nasi timbel biasa, namun beberapa saat kemudian ia berpikir untuk mencari hal baru yang unik dan tak biasa sebagai produk jualannya. Karena itulah, Pendi memutuskan untuk mengkreasikan nasi timbel tersebut dengan cara dibakar terlebih dahulu.

Pengolahan nasi bakar sebenarnya tidak terlalu rumit. Nasi yang telah dicampur bumbu olahan dibungkus daun pisang. Setelah itu dibakar sekitar lima menit di tungku besar hingga daun pisang mengering. Hasilnya di luar dugaan, produk hasil coba-coba itu ternyata memiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Bahkan banyak pelanggan yang mengaku bahwa rasa dan aroma nasi bakar ciptaan Pendi cocok di lidah, dan beda dari kreasi nasi pada umumnya.

Kesempatan icip-icip Bakpao-Buncit ke warung ini tepatnya datang saat buka puasa di awal Ramadhan. Setelah minum dan ngemil yang ringan-ringan di rumah Bakpao, barulah duo kriwil menyambangi warung nasi bakar ini untuk makan besar. Warung tenda ini buka mulai pukul 17.00 hingga dini hari, tapi biasanya sih menjelang pukul 19:00 pembeli sedang banyak-banyaknya, sehingga kerap kali menarik perhatian para pengguna jalan di sekitarnya.

Uniknya lagi, seluruh bahan makanan yang tersedia di sini hanya dapat dimasak dengan empat macam cara, yakni digoreng, dibakar, sambal merah dan sambal ijo. Tapi sayang, saat itu Bakpao-Buncit baru sampai warung mendekati pukul 21:00, jadi makanan yang tersedia sudah nggak terlalu lengkap!

Buktinya, si Buncit yang kepengin melahap bebek pun harus menahan rasa kecewa, karena bebeknya sudah ludes, hiks...hiks. Begitu pula dengan teman akrab si bebek, ayam, juga sudah habis! Akhirnya setelah 'bertapa' dan cemberut beberapa menit, si Buncit memutuskan untuk memesan Ikan Bawal Empang Goreng. Kali ini Bakpao sedikit lebih beruntung. Pasalnya sayur asem, tempe dan tahu yang biasa dipesan kalau duo kriwil mengunjungi warung bergenre kuliner Sunda masih lengkap tersedia. Hanya saja tempe dan tahu yang Bakpao pesan terpaksa cuma 'bermandikan' sambal merah karena sambal ijonya kadung habis! Tapi ada sisi baiknya juga sih, karena warung mulai sepi, malam itu duo kriwil bisa makan dengan tenang tanpa takut dipelototi pengunjung lainnya yang tengah mengantri kursi, he...he...he.

Satu hal yang paling Bakpao ingat dari wisata kuliner yang satu ini adalah aroma harum yang tercium saat daun pembungkus nasi bakar dibuka. Nasi yang bentuknya serupa dengan lontong atau lemper ini bagian luarnya garing, efek dari bakaran. Terasa kaku saat disuapkan ke mulut, lalu ketika Bakpao mengunyah perlahan-lahan, rasanya lebih gurih, lebih legit, lebih wangi dan lebih enak daripada nasi biasa.

Warna nasinya pun tak lagi putih, melainkan agak kecoklatan akibat proses pembakaran dan percampuran bumbu-bumbu, cantik banget! Kekecewaan Bakpao karena sambal ijo yang sudah ludes terbayar dengan kehadiran sambal merah yang ternyata ciamik rasanya. Sambal yang terlebih dulu ditumis dengan minyak sayur ini rasanya pedas-gurih, mantabh! Sayur asemnya sih so so, karena menurut lidah Bakpao rasanya kurang asam, huuuft!!:(

Si Buncit juga terpuaskan dengan rasa ikan bawal empang goreng pesanannya. Meskipun rasanya tak segurih ikan bawal air laut tapi hal itu berhasil disiasati dengan tambahan kremes-kremes gurih nan renyah yang ditaburkan di atas ikan. Pssst...tapi si Buncit nggak begitu suka dengan rasa nasi bakarnya loh! Menurut Buncit rasa nasi bakar itu agak aneh, hmmm...hal itu mungkin disebabkan karena aroma rempah-rempah yang memang agak menyengat dan mendominasi ya.

Untuk urusan harga, kalian nggak perlu merogoh kantong dalam-dalam, karena terhitung cukup murah. Nasi bakar dibandrol Rp 5.000 per porsi, sedangkan untuk ikan harganya beragam, tergantung besar kecil dan jenis ikan. Berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 27.000. Anda bisa memilih dari ikan baronang, bawal, gurame, kwe-kwe, patin, mujair, mas, hingga kerapu. Bagi yang tak suka ikan bisa memilih ayam atau bebek yag dibandrol Rp 15.000 – Rp. 17.000 saja. Berhubung ini pertama kalinya Bakpao-Buncit melahap nasi bakar, maka belum bisa membandingkan dengan yang lainnya. Berhubung Bakpao doyan dengan nasi bakar ini, jadi nggak kapok rasanya untuk balik lagi ke sana. Kalau si Buncit kelihatannya kapok tuh! Bagaimana dengan kalian???

Bakpao Recommendation

Selasa, 21 September 2010

Sate Kiloan PSK, Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan

Lezatnya Menikmati Kambing Muda!

Beberapa waktu sebelumnya, duo Bakpao-Buncit pernah melintasi jalan Lenteng Agung saat akan menuju Depok. Pandangan si Buncit langsung terpaku ke sebuah poster berukuran besar tepat di sisi kiri jalan. “Waaah, ada Sate Kiloan PSK yang kayak di tipi nih,” gumam si Buncit di dalam helm yang masih dikenakannya. Pikiran si Buncit lantas terbang menembus dunia imajinasi. Membayangkan sedang terbaring di atas ribuan tusuk sate kambing muda yang katanya lezat itu.

Betapa nikmatnya mengunyah daging kambing muda yang empuk sambil bersantai menikmati hidup. “Hei, Buncitku ada sate PSK di sini,” ujar si Bakpao setengah berteriak. Teriakan si Bakpao langsung mengembalikan Buncit ke dunia nyata. Ternyata, si Buncit tersadar dari lamunan sesaatnya. Untung saja, pikiran si Buncit masih tetap berkonsentrasi mengendarai si Ari dan melanjutkan perjalanan ke Depok.

Setelah memantapkan niat dan semangat secukupnya, duo Bakpao-Buncit pun memutuskan untuk menyambangi Sate Kiloan PSK beberapa hari kemudian. Ya, keingintahuan yang besar terhadap rasa sate ini sudah menjadi bekal yang cukup bagi Bakpao-Buncit, terutama si Buncit sebagai penggemar sate kambing.

Setelah sebelumnya memperbaiki si Ari yang sering mogok, Bakpao-Buncit pun mengarungi jalan menuju Sate Kiloan PSK, yang kebetulan letaknya tidak terlalu jauh. Sebenarnya sih, Buncit sudah lama sekali memendam rasa penasaran terhadap Sate Kiloan PSK. Namun, apa daya?! Sate Kiloan PSK, kala itu masih membuka gerai di Sentul dan beberapa tempat yang jauh dari jangkauan si Ari.

Nah, mumpung sekarang ada gerai cabang Sate Kiloan PSK yang dekat, langsung saja hantam, gan... (ternyata si Afgan nggak mau diajak..hihihi). Sesampainya di depan warung yang cukup luas itu, asap pembakaran sate langsung menyambut duo Bakpao-Buncit. Bagaikan duo jagoan yang muncul dari balik asap, Bakpao-Buncit berjalan dengan langkah pasti dari tempat parkir si Ari. Duo jagoan ini bukan disambut oleh para fans, tapi disambut dengan daging-daging kambing yang digantung di dalam etalase warung. Pemilik Sate Kiloan PSK sepertinya sengaja memperlihatkan daging-daging kambing mentah berkaki. Sang koki langsung mengiris daging yang digantung dan memotongnya untuk dijadikan sate. Setiap pengunjung bisa melihat proses pembuatannya dari balik kaca.

Wah, ternyata malam itu ramai sekali pengunjungnya. Untungnya, ada meja kosong yang siap dijadikan target Bakpao-Buncit. Jantung si Buncit langsung berdebar kencang saat akan memesan sate. Daftar menu lantas diberikan oleh sang pelayan. Bagaikan petir di siang bolong, harga sate di sini ternyata mahal, gan... (udah tau Afgan nggak doyan, ya nggak usah dikasihtau).

Dengan rasa penasaran yang teramat besar, Bakpao-Buncit pun menanyakan kepada sang pelayan. Nah, harga sate kambing ¼ (seperempat) kilo atau setara dengan 12 tusuk dihargai Rp 42 ribu. Dibandingkan dengan Sate Toni Cirebon dan warung sate lainnya, tentu saja harga ini termasuk mahal. Tapi, tak apalah. Sebagai petualang kuliner sejati, tak ada kata menyerah untuk mencicipi berbagai jenis makanan.

Berhubung si Bakpao tidak makan daging aka vegetarian, maka ia hanya akan memakan kuah tongseng kambing beserta sedikit sayurannya saja. Daging kambing tetap buat si Buncit dong. Nah, keadaan itulah yang membuat si Buncit hanya memesan 5 tusuk sate kambing saja (ini bukan pengiritan ya,,,ingat!! Ini karena alasan kesehatan).

Akhirnya Bakpao-Buncit memesan nasi, satu porsi tongseng kambing, dan 5 tusuk sate kambing. Ditambah dengan 2 gelas es teh manis. Dua porsi nasi yang tadi dipesan ternyata ditempatkan di dalam satu bakul nasi berukuran kecil, ya cukup menarik lah kalau dari segi penampilan. Potongan daging di tiap tusukan satenya cukup besar, loh. Apalagi, di dalam mangkok tongseng kambingnya. Potongan daging kambingnya banyak dan besar-besar. Wah, sangat menggugah selera perut si Buncit.

Sayangnya bagi si Bakpao, sayuran berupa kol di dalam tongsengnya sangat sedikit. Alhasil, si Bakpao cuma makan nasi bercampur kuah tongseng.. hahahaha si Buncit pun tertawa senang. Saat daging sate kambing masuk ke dalam mulut, dagingnya memang terasa empuk. Hampir tak ada bau kambing sama sekali. Benar-benar mantabh!!

Daging kambing pada sate kambing, benar-benar murni daging. Tidak bercampur dengan lemak. Ya, pantas saja harga yang harus dibayar cukup mahal.

Kuah tongseng juga cukup lezat dengan banyaknya potongan daging kambing di dalamnya. Rasa penasaran si Buncit terpuaskan dengan sajian dari Sate Kiloan PSK. Terbukti, nasi dan seluruh hidangan ludes dilahap Bakpao-Buncit. Perut si Buncit pun nampak semakin membuncit setelah menghabiskan hidangan yang disajikan.

Dengan menu yang dipesan itu, Bakpao-Buncit merogoh kocek tak lebih dari Rp 70 ribu. Pantas saja, pengunjung warung ini tak pernah sepi. Tempatnya juga cukup luas dan nyaman. Lahan parkir sengaja disediakan luas untuk menampung beberapa kendaraan mobil dan motor. Letak warung ini tepat di sisi kiri jalan sebelum pertigaan menjelang pintu masuk Universitas Indonesia, Depok. Tidak cukup sulit menemukan warung ini.

Duo Bakpao-Buncit tak segan-segan untuk merekomendasikan kuliner yg satu ini. Si Buncit pun nggak kapok kembali ke Sate Kiloan PSK, bila nanti selera untuk melahap sate kambing muncul tiba-tiba.

Buncit Recommendation...